Berita Nasional
Brigjen Prasetijo Utomo Perintahkan Bakar Barang Bukti Surat Jalan Djoko Tjandra
Brigjen Prasetijo juga diduga telah menghalangi penyidikan dengan menghilangkan sebagian barang bukti.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Brigjen Prasetijo Utomo ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pelarian buronan Djoko Tjandra.
Djoko Tjandra adalah buronan kasus pengalihan hak tagih Bank Bali.
Sebagai buronan, Djoko Tjandra melenggang bebas di Indonesia.
Belakangan terungkap ada peran Brigjen Prasetijo Utomo saat Djoko Tjandra berada di Indonesia.
Brigjen Prasetijo Utomo membuat surat jalan bagi Djoko Tjandra.
TONTON JUGA
Inilah yang membuat Brigjen Prasetijo Utomo terseret dalam kasus pelarian sang buronan.
Setelah melakukan gelar perkara dan memeriksa 20 orang saksi, polisi baru saja menetapkan satu tersangka, yaitu Brigjen Prasetijo Utomo.
Prasetijo diduga telah membuat dan menggunakan surat palsu.
• Orangtua Editor Metro TV Sempat Berikan Barang Bukti dari Orang Pintar
• Kombes Polisi RW Diperiksa Propam Buntut Kasus KDRT
• Kisah Napi Nazi Jerman, Bayi Dilempar Lalu Ditembak di Udara
• Brigjen Polisi Prasetijo Utomo Jadi Tersangka Kasus Pelarian Djoko Tjandra
Penyidik pun menyita barang bukti berupa dua surat jalan, dua surat keterangan pemeriksaan Covid-19, serta surat rekomendasi kesehatan.
"Terkait konstruksi pasal tersebut, maka tersangka BJP PU telah menyuruh membuat dan menggunakan surat palsu tersebut, di mana saudara AK dan JST berperan menggunakan surat palsu tersebut,” tutur Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo Listyo di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (27/7/2020).
Kemudian, Prasetijo diduga tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri atau penegak hukum karena telah membiarkan atau memberi pertolongan kepada Djoko Tjandra.
Prasetijo juga diduga telah menghalangi penyidikan dengan menghilangkan sebagian barang bukti.
"Tersangka BJP PU sebagai pejabat Polri menyuruh Kompol Joni Andriyanto untuk membakar surat yang telah digunakan dalam perjalanan oleh AK dan JST, termasuk tentunya oleh yang bersangkutan (Prasetijo),” ucap dia.
Prasetijo pun disangkakan Pasal 263 ayat 1 dan 2 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke-1e KUHP, Pasal 426 KUHP, dan/atau Pasal 221 ayat 1 dan 2 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 6 tahun penjara.