Tribun Tanggamus
Tak Kebagian Air, Warga Batu Keramat Tolak Jaringan Pipa Baru
Warga Pekon Batu Keramat, Kecamatan Kota Agung Timur menolak penambahan pipa di mata air setempat.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTA AGUNG - Warga Pekon Batu Keramat, Kecamatan Kota Agung Timur menolak penambahan pipa di mata air setempat.
Menurut Mardi, warga Pekon Batu Keramat, selama ini sudah ada pipa yang dipasang di pekon tersebut.
Jaringan pipa itu selanjutnya dimanfaatkan oleh PDAM.
"Sekarang ini mau ditambah lagi pipanya. Kalau begitu kami sebagai warga yang tinggal di sini tidak kebagian air lagi," kata Mardi, Senin (24/8/2020).
• Warga dan Petugas Gabungan Mulai Singkirkan Material Longsor yang Tutup Jalinbar Batu Keramat
• BREAKING NEWS Longsor di Tanggamus Tutup Akses Jalinbar Ruas Pekon Batu Keramat
• 206 Kg Ganja asal Medan Diduga Hanya Transit ke Lampung
• Edarkan Upal, Tahanan Kabur Polsek Natar Terancam 15 Tahun Penjara
Ia menjelaskan, mata air dari Batu Keramat selama ini dimanfaatkan oleh warga setempat lalu pemerintah daerah.
Sisanya dialirkan ke Pekon Tanjung Jati dan Kampung Baru.
Air tersebut selain untuk konsumsi dan kebutuhan rumah tangga, lainnya dialirkan ke sawah sebagai irigasi.
Bahkan mata air di Batu Keramat tersebut salah satu hulu dari Way Lalaan.
"Selama ini pembagiannya sudah sama rata. Tapi sekarang tahu-tahu entah Dinas PUPR atau PDAM mau buat lagi jaringan baru, menambahkan jatah mereka yang sudah ada," ujar Mardi.
Ia menambahkan, kondisi itu mengingkari perjanjian yang dulu pernah ada.
Saat itu warga Pekon Batu Keramat memberikan satu aliran air demi mendukung kepentingan perkantoran Pemkab Tanggamus berdiri.
"Sekarang tahu-tahu buat jaringan baru dengan pipa yang lebih besar tanpa ada persetujuan warga. Terus juga sudah tambah jaringan, pipanya juga tambah besar. Jadi menolak," tegas Mardi.
Ia mengaku, selama ini sudah ada empat kali pertemuan tapi warga tetap menolak.
Sedangkan pihak yang membuat jaringan tetap terus mengerjakan pemasangan pipa jaringan baru.
"Warga inginnya manfaatkan jaringan yang sudah ada. Kita sama-sama pakai air. Jangan semuanya mau diambil. Seperti sekarang belum ada kesepakatan. Tapi pemasangan pipa jalan terus sudah sampai dekat mata air," ujar Mardi.
Ukuran pipa yang selama ini ada ukuran tiga inci, dan nanti pipa baru 8 inci.
Itu membuat semua air mengalir ke pipa yang lebih besar dan akhirnya warga tidak dapatkan air.
Anggota DPRD Tanggamus Joni Wahyudi sudah menerima laporan tersebut.
"Menurut kami, pekerjaan itu minim perencanaan. Lantas saat perencanaannya belum valid sudah dilakukan pekerjaan," kata Joni.
Ia menambahkan, selama ini pipa dari aliran mata air di Batu Keramat yang dimanfaatkan untuk umum sudah ada kenoa tidak dimaksimalkan.
Jangan membuat jaringan baru lagi.
"Secepatnya kami panggil Dinas PUPR untuk bahas masalah ini. Dan nanti kami akan bahas bersama dengan masyarakat," kata Joni.
Ia mengakui, jika air dari mata air di Batu Keramat dimanfaatkan oleh warga pekon setempat, lalu warga Tanjung Jati dan sebagian Kampung Baru, serta untuk sumber air lahan pertanian.
Kemudian juga jika nantinya akan dimanfaatkan untuk PDAM maka baiknya buat sumur sendiri bukan memanfaatkan mata air yang digunakan oleh warga.
Sebab PDAM sifatnya perusahaan dan ada nilai ekonomisnya. (Tribunlampung.co.id/Tri Yulianto)