Tribun Bandar Lampung
Pernah Bangkrut Bisnis Kopi, Kini Adri Raup Puluhan Juta dari Usaha Batik Tulis Khas Lampung
Karena sang istri Nety memiliki kemampuan membuat batik tulis, Adri berpikiran bahwa inilah peluang.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Reny Fitriani
Kini, bukan hanya Adri dan keluarga yang menikmati hasilnya.
Tercatat ada 16 orang yang diperkerjakan untuk membantu proses produksi batik.
Bicara soal omzet, Adri menyebut rata rata satu bulan bisa membukukan laba bersih Rp 60 juta.
Namun pada saat pandemi, keuntungan ikut mengalami penurunan.
"Turun (omzet) pasti, tapi tidak sampai merumahkan karyawan. Mereka tetap kerja meski order lagi sepi," kata Adri.
Ternyata 16 karyawan itu berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Adri mengaku memberdayakan warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka.
Apalagi pengalaman pernah bangkrut dan tidak punya pekerjaan, menumbuhkan rasa empati agar dapat berbagi untuk sesama.
Dalam satu hari Deandra batik bisa memproduksi 20 potong kain.
Khasnya, batik yang diproduksi mengaplikasikan motif lokal seperti siger dan unsur yang menjadi ciri khas Provinsi Lampung.
Menurutnya, motif yang sematkan pada kain menjadi faktor pembeda dengan batik konvensional lainnya.
"Pada dasarnya semua batik itu sama, baik dari segi prosesnya. Tapi setiap daerah punya ciri khas," kata Adri.
Karena itulah, bisnis batik yang ia geluti bisa bertahan sampai sekarang.
Bahkan mampu bertahan di tengah badai pandemi Corona.
Meski masih bermain di pangsa pasar lokal Lampung, batik buatannya sudah go nasional.
Pembeli bisa memesan secara online melalui website dan aplikasi jejaring sosial.
"Awal awal sih kesulitan juga buat pemasaran nya, jadi pernah dulunya keliling dari dinas ke dinas. Sekarang sudah ada langganan sendiri," kata Adri. (Tribunlampung.co.id/Muhammad Joviter)