Tribun Tulangbawang
Petambak Dipasena Tulangbawang Panen Udang Berlimpah, Raup Untung Bisa Sampai Rp 45 Juta
Areal pertambakan Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulangbawang kembali bergeliat.
Penulis: Endra Zulkarnain | Editor: Noval Andriansyah
Pada tahun ini, dia menebar benur dengan densitas penebaran 74 ribu ekor benur untuk 2 petak tambak.
Dengan total tonase panen dapat 1,3 ton, size 59.
"Keuntungan yang didapat mencapai Rp 45 juta," kata Asyari.
"Yang sulit dalam budidaya udang itu adalah berkelanjutannya. Maksudnya panen yang selalu bagus, untung dan tidak buntung," kata Asyari.
Menurut dia, banyak faktor pendukung untuk keberhasilan berkelanjutan.
Misalnya, infrastruktur budidaya yang memadai.
Seperti lingkungan tambak dan perairan yang berkualitas baik, sarana pendukung budidaya yang cukup, mulai dari listrik, kincir dan pompa, bibit udang bebar virus dan penyakit.
Namun, dari semua itu, ketersediaan sarana listrik menjadi hal utama.
Sebagaimana diketahui, terhitung sejak Mei 2011, PT AWS menghentikan kegiatan operasional dan sambungan listrik ke areal tambak.
Alasannya, iklim usaha disana dinilai tidak kondusif. Pasca-penghentian operasional perusahaan, sejumlah alat pendukung instalasi listrik di tambak eks Dipasena mulai menghilang.
Ketika itu, di kawasan Dipasena terdapat sekitar 7.000 keluarga petambak, dengan luas tambak sekitar 3.500 hektar.
Akibat konflik kemitraan antara petambak dengan PT AWS, pemerintah mengarahkan pembudidaya tambak udang eks Dipasena itu, untuk melakukan budidaya mandiri.
Namun, ketersediaan infrastruktur sarana listrik PLN yang terputus pasca hengkangnya PT AW dikawasan berikat itu, menjadi kendala bagi petambak untuk budidaya mandiri. (Tribunlampung.co.id/Endra Zulkarnain)