Tribun Bandar Lampung
Gelombang Tinggi di Perairan Lampung Capai 3 Meter, Tangkapan Nelayan Berkurang
Salah satu nelayan, Wandi (40) mengatakan, ketinggian ombak tidak mempengaruhi aktivitas nelayan.
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Muhammad Joviter
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah nelayan di Pesisir Teluk Lampung di Kota Bandar Lampung tetap memilih melaut, meski ombak mencapai tinggi 3 meter.
Salah satu nelayan, Wandi (40) mengatakan, ketinggian ombak tidak mempengaruhi aktivitas nelayan.
"Sudah lebih dua minggu ini angin kencang dan ombaknya tinggi," kata Wandi, Selasa (29/9/2020).
Ia mengatakan, gelombang air laut bisa mencapai 3 meter lebih ini mempengaruhi hasil tangkapan.
Praktis, sejak gelombang tinggi hasil tangkapan ikan dalam waktu satu minggu berkurang hingga 50 persen.
"Pengaruhnya ke hasil, biasa bisa dapat 5 ton sekarang satu minggu paling kencang dapat 2 sampe 3 ton," ujar Wandi.
• Perairan Barat Lampung Potensi Gelombang Tinggi hingga 6 Meter, BMKG Imbau Warga Waspada
• Pasar Perumnas Wayhalim Juara I Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, BBPOM: Semua Layak Konsumsi
• Arinal: Serahkan ke Proses Hukum, Polresta Bandar Lampung OTT Pejabat dan Staf Dinas PTSP Lampung
Terkait informasi dari pihak BMKG yang menyebut ada potensi tsunami besar di wilayah perairan jawa, Wandi mengaku cukup cemas dengan informasi tersebut.
Menurut Wandi, informasi itu sudah jadi buah bibir di kalangan nelayan.
Kendati demikian, aktivitas tetap berjalan seperti biasa meski dibayang-bayangi kecemasan.
"Perkiraan kan bisa meleset nggak mesti jadi kenyataan. Tapi ya kita tetap waspada. Seperti saat ini kalau ombak lebih dari 3 meter, ya kita milih nggak melaut," kata Wandi.
Hal senada juga diungkapkan nelayan lainnya, Iwan (37). Ia mengatakan cukup cemas mendengar pemberitaan yang menyebutkan bakal terjadi tsunami besar besaran.
Iwan membayangkan bagaimana jika benar terjadi tsunami, terlebih ditengah pendemi Corona.
"Ngeri saja kalau memang terjadi, corona saja belum hilang maka katanya bakal ada tsunami," kata Iwan.
Sementara Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Haryanto menjelaskan, bahwa informasi tersebut berawal dari hasil kajian para peneliti sebuah institusi perguruan tinggi.