Tribun Bandar Lampung
Cerita Mahasiswa Unila Kelimpungan Bayar UKT, Bantu Dagang Baju hingga Jualan Garam
Pihak Unila sendiri memastikan telah menyediakan ruang untuk banding jika ingin nilai UKT berkurang, dengan syarat tertentu.
"Tinggal menunggu pengumuman hasil banding," imbuhnya.
Dewi, putri Rajiman, telah melengkapi berkas banding, seperti surat keterangan terdampak Covid-19, surat keterangan tidak mampu, dan lainnya.
Ia mengetahui perihal kesempatan banding dari unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila di akun media sosial Instagram.
"Langsung urus syarat-syarat, lalu kirim berkas ke jurusan lewat jasa pengiriman karena kondisi Covid," ujarnya.
Setop Jualan Martabak
Kegalauan mendera Denmas, mahasiswa Unila lainnya.
Sebelum pandemi Covid-19, ia berjualan martabak telur di kampus untuk membayar UKT.
Sang ayah yang pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) dan ibu yang mengurus rumah tangga membuatnya harus bekerja agar bisa kuliah.
"Bapak saya pensiunan PNS tahun 2018. Ada pinjaman uang di bank cukup banyak. Per bulan, uang pensiun terpotong 90 persen untuk bayar pinjaman itu. Sementara kena UKT Rp 4,8 juta per semester, masuk golongan V. Semester pertama pernah banding, cuma turun Rp 500 ribu," bebernya awal pekan lalu,
Masuk pandemi Covid-19, Denmas terpaksa setop berjualan di kampus.
Itu karena sepinya pembeli yang kebanyakan mahasiswa, sementara sistem kuliah berubah menjadi daring di rumah.
Denmas belum tahu nasib kuliahnya untuk semester empat nanti.
"Walaupun saya banyak saudara, tapi kakak-kakak saya kebanyakan belum kerja. Saya juga bingung, kasihan sama orangtua," tutur anak ke-12 dari 13 bersaudara ini.
1.700 Orang Menunggak
Pihak Unila mengakui ada banyak mahasiswa menunggak pembayaran UKT, termasuk pada masa pandemi Covid-19.