Bandar Lampung

Kisah Penyandang Disabilitas di Dapur Dif_able, Ajari Bahasa Isyarat ke Konsumen

Keberadaan Dapur Dif_able di Bandar Lampung bisa jadi adalah yang pertama dimana pengelolaan kafenya dilakukan oleh penyandang disabilitas.

Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M
Nabila Tyas Sani (berhijab) saat menjelaskan menu makanan menggunakan bahasa isyarat ke konsumen didampingi Ketua Forum CSR Lampung Saptarini. Keberadaan Dapur Dif_able di Bandar Lampung bisa jadi adalah yang pertama dimana pengelolaan kafenya dilakukan oleh penyandang disabilitas. 

Saat proses awal, menurut Eti bukan suatu perkara mudah.

"Kami sempat ragu ini bisa diwujudkan mengingat tak mudah dalam prosesnya. Karena saat belajar goreng bawang saja gosong," katanya.

Namun ia berkeyakinan dengan latihan dan kesungguhan semua bisa terlewati. 

"Sejak September 2020 lalu teman-teman difabel telah mengikuti pelatihan memasak sampai saat ini,"  kata Eti.

Pelatihan dan pendampingan memasak dibantu Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) Lampung.

Dia berharap tempat makan berkonsep kafe ini bisa terus berkembang dan nantinya sepenuhnya bisa dikelola oleh teman-teman difabel.

"Saat ini ada 15 orang yang bekerja di sini. Memang cukup banyak, karena umumnya jika pekerjaan bisa dikerjakan 5 orang ini harus double bahkan triple tenaga karena keistimewaan mereka tadi," ungkap lulusan Pendidikan Luar Biasa di UML itu.

Terkait sistem gaji karyawan sendiri baru sebatas bagi hasil dari penjualan. 

"Ke depan kami juga akan berupaya memberikan pelayanan lain seperti servis alat elektronik, jadi konsumen sambil makan bisa bawa alat elektroniknya yang rusak untuk diperbaiki," tutur Eti.

Lalu akan ada layanan pijat refleksi juga khusus untuk kaki dan tangan.

Gadis cantik berhijab penyandang disabilitas yang tengah sibuk menyajikan makanan, Nabila Tyas Sani mengaku senang dan bahagia bisa terlibat di Dapur Dif_able ini.

Menggunakan bahasa isyarat dia menuturkan, dulunya pernah membuat donat dan berjualan di dekat rumah. Sebelum akhirnya berkegiatan di Sadila secara lebih intens.

"Di sini aku seneng banget, tugasku sebagai pramusaji," jelas gadis 20 tahun lulusan SMA LB di Sukarame itu.

Penyandang disabilitas lainnya Chandra Wijaya memiliki tugas sebagai kasir di Dapur Dif_able.

Dulunya dia bekerja sebagai pengemudi ojek online.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved