Bandar Lampung
Kisah Penyandang Disabilitas di Dapur Dif_able, Ajari Bahasa Isyarat ke Konsumen
Keberadaan Dapur Dif_able di Bandar Lampung bisa jadi adalah yang pertama dimana pengelolaan kafenya dilakukan oleh penyandang disabilitas.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Keberadaan Dapur Dif_able Jalan Diponegoro, Bandar Lampung bisa jadi adalah yang pertama di mana pengelolaan kafenya dilakukan oleh penyandang disabilitas.
Dari namanya saja sudah hampir bisa dipastikan jika kafe ini istimewa dibandingkan kafe pada umumnya.
Dibantu tempat dan fasilitas melalui corporate social responsibility (CSR) PLN UID Lampung, belasan penyandang difabel membuka Dapur Dif_able di Jalan Diponegoro, samping PLN UP3 Tanjung Karang.
Di tempat terpisah yang berada di pojok depan bangunan kafe utama, berukuran sekitar 6×3 meter dijadikan sebagai dapur mengolah masakan.
Baca juga: Harga Cabai Setan di Bandar Lampung Meroket Tembus Rp 140 Ribu per Kg
Baca juga: Bandar Lampung Kekurangan 1.890 Guru, Pemkot Buka Formasi 83 PNS
Penyandang disabilitas yang didominasi tuna rungu ini nampak sibuk mempersiapkan sajian berupa nasi ijo dan nasi kuning disertai lauk pelengkap seperti ayam bakar, orek tempe kacang tanah, tumis mie disertai kerupuk dan irisan mentimun.
Lalu ada yang tengah membuat wedang jahe, beras kencur, kunyit asem, hingga kopi. Rencananya ke depan juga akan ada menu nasi jahe dan nasi kopi.
Beberapa lainnya tengah melayani konsumen yang berada di dalam kafe maupun luar kafe dengan menggunakan bahasa isyarat.

Chef Nafilatul (kiri) saat berbincang dengan Ketua Sadila Eti Mudmainah. (Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M)
Cara ini sekaligus menjadi wadah interaksi langsung antara penyandang disabilitas dengan orang normal lainnya.
Namun tetap didampingi oleh pendamping disabilitas dari Sahabat Difabel Lampung (Sadila) yang menjadi penyambung obrolan.
Suasana asri sangat terasa di tempat ini, nampak bangku dan meja yang berada kafe juga dibuat menggunakan olahan limbah haspel (tempat yang dipakai untuk menggulung kabel).
Baca juga: Mal di Bandar Lampung Buka Sampai 21.00 WIB, Pelaku Usaha Berharap Kebijakan Segera Diterapkan
Baca juga: Pengakuan 2 Remaja Jadi Pelaku Curanmor di Bandar Lampung: Berangkat Siang, Sore Beraksi
Eti Mudmainah, Ketua Sahabat Difabel Lampung (Sadila) membeberkan, meja dan bangku tersebut merupakan buah tangan dari teman-teman difabel.
Eti menceritakan, adanya Dapur Dif_able ini menjadi wadah bagi para penyandang disabilitas berkegiatan bersama hingga berinteraksi secara lebih luas dengan masyarakat.
Mulai dari saat mengonsep rumah makan, membuat tempat yang ramah lingkungan melalui ecobrick, hingga mengolah masakan di dapur, sampai menyajikannya ke konsumen.
"Kami berkeyakinan atas dasar bahwa pelangi diciptakan untuk indah, jadi kita yakin akan indah jika bisa hidup berdampingan," beber perempuan berhijab ini kepada Tribunlampung.co.id di sela momen soft launching Dapur Dif_able, Jumat (5/3/2021).
Penamaan Dapur Dif_able sendiri menurutnya bukan tanpa alasan karena memiliki makna mendalam, dimana meskipun berbeda tapi sanggup untuk melakukan apapun seperti layaknya orang yang tanpa keterbatasan.