Berita Nasional

Pemilik Tanah Tak Terima Disebut Bangun Tembok untuk Menutup Akses Jalan Tetangga

Keluarga yang disebut menutup jalan akses empat keluarga protes hingga kasusnya sampai ke polisi.

Kompas.com/Ari Himawan
Tembok yang menutup akses tiga rumah warga di Desa Widodaren, Petarukan, Pemalang Jawa Tengah. 

Andrianto pun meminta keluarga Suharto yang sudah memberi keterangan ke media untuk meminta maaf dan melakukan publikasi terkait permintaan maaf tersebut. 

"Kami membuka hati, dan akan memberikan jalan tambahan sepanjang 25 meter dengan lebar 1 meter dengan harga Rp 150 juta, harga itu sudah termasuk bangunan yang kami bangun.

Namun dengan catatan, keluarga Suharto meminta maaf dan mempublikasi ke media yang telah memberitakan bahwa kami menutup akses jalan mereka," terangnya. 

Atas pemberitaan tersebut, Andrianto menuturkan keluarganya dirugikan karena membuat masyarakat berasumsi keluarga Sukendro menutup jalan desa.

"Orang yang tidak tahu mengira kami sekeluarga menutup akses desa, padahal itu tanah pribadi.

Nama baik keluaraga kami juga tercemar dengan pemberitaan tersebut," imbuhnya.

Sukendro yang mendampingi putranya, kembali menegaskan, tanah tersebut tanah pribadi dan bukan akses jalan.

"Yang kami persoalkan, dalam pemberitaan tanah itu disebut akses jalan, padahal tanah itu tanah pribadi dan besertifikat. Hal itu merugikan nama baik kami," tambahnya.

Pengakuan warga yang membeli tanah

Warga setempat yang juga pembeli tanah yang dibangun tembok permanen, Tri Budi, menuturkan, akses jalan itu telah dibeli seharga Rp 100 juta dan uang muka sebesar Rp 50 juta dibayarkan pada 18 Februari 2020.

Namun, uang tersebut dikembalikan secara sepihak melalui menantunya sebelum pelaksanaan Pilkades Desember 2020.

Tri Budi menambahkan, ia membeli tanah tersebut dari Sukendro dengan lebar depan 3,33 meter dan lebar belakang 3,66 meter.

"Setelah kalah pilkades dibangun tembok ditutup mulai 27 Februari 2021 sampai sekarang. Tiga rumah dari tiga kepala keluarga (KK) yakni milik ayah saya Suharto, terus ada Pak Kismanto, Agus, dan Amsori tertutup akses jalannya. Saya juga tidak tahu alasan penutupan apa," kata Budi, Rabu (10/3/2021).

Warga tidak bisa keluar masuk karena akses jalan tertutup oleh bangunan setinggi antara 2,5- 3 meter.

Satu-satunya jalan adalah memutar, itu pun melalui saluran air atau got yang kalau tidak hati-hati bisa terperosok.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved