Tanggamus
Belajar Lukis Bakar dari Internet, Pelukis di Tanggamus Kebanjiran Pesanan hingga ke Singapura
Saat ini seni lukis bakar atau pyrography masih jarang diketahui masyarakat luas. Tapi ternyata ada pemuda dari Tanggamus yang menggelutinya.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Kiki Novilia
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Saat ini seni lukis bakar atau pyrography masih jarang diketahui masyarakat luas.
Namun siapa sangka, di Pekon Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Tanggamus ternyata ada seniman muda yang menggelutinya, yakni Ahmad Mukhlisin.
Karya lukis tersebut menggunakan teknik pembakaran, atau sundut untuk menggoreskan garis pada media lukis.
Karena itu, media lukisnya bisa berupa kayu, tripleks.
Sementara alat lukisnya berupa solder atau api agar dapat meninggalkan tanda pada media lukisnya.
Baca juga: Tempo Dua Hari Muncul 6 Kasus Baru Covid-19 di Tanggamus Lampung
Keunikan karya dan cara melukisnya itulah yang memacu pemuda berusia 30 tahun tersebut menggelutinya.
"Medianya lebih unik, biasanya lukisan itu pakai tinta, cat, tapi ini dibakar, terus kesannya klasik. Itulah yang buat saya melukis ini dan masih jarang juga lukisan seperti ini," ujar Ahmad.
Ia mulai menggeluti pyrography belum lama yakni sejak akhir 2019 lalu. Sebelum itu dirinya memang suka menggambar, namun untuk karya lukis ini dirinya tekuni dengan sungguh-sungguh.
"Ini belajarnya otodidak, lihat di internet, terus komunikasi dengan pelukis seperti ini, Edo namanya di Jakarta, yang sudah ada media sosial," ujar Ahmad yang pilih gaya lukis realis.
Ia mengaku, dari perkenalan itulah maka bimbingan, saran, bahkan alat lukisnya didapatkan. Alat lukisnya berupa solder yang sudah dimodifikasi dengan ujung berupa kawat melengkung.
Baca juga: Fakta Pasutri Tenggelam di Tanggamus Lampung, Nekat Naik Perahu Tak Layak
Selanjutnya alat itu terhubung dengan adaptor yang bisa mengatur panas. Selain itu ada juga layaknya kuas namun berisi gas cair yang disulut dengan api untuk arsiran.
Menurutnya tidak ada kendala berarti dalam berkarya. Hanya saja masih kurang dalam kemampuan mengarsir dalam lukisan. Maklum alat lukisnya bukanlah kuas, dan media lukis tidak mudah ditandai.
"Ini tantangan saja buat saya. Bagaimana caranya agar bisa mengarsir dengan halus. Jadi sekarang juga masih terus belajar," ujar pemuda yang memantapkan diri jadi seniman pyrography ini.
Ahmad mengaku, mulanya karya hanya dibagikan ke teman-teman sekitarnya. Lalu tetangganya mulai memesan lukisan dan akhirnya merambah ke media sosial.
Hingga akhirnya dia percaya diri untuk berkarya dan menerima berbagai pesanan lukisan, baik dari lokal, provinsi lain, bahkan sampai Singapura.