Berita Lampung
Komunitas Perempuan Berdaya di Lampung Selatan Dorong Generasi Muda Tak Krisis Adab dalam Berucap
Komunitas Perempuan Berdaya di Lampung Selatan dorong generasi muda saat ini untuk tak krisis adab saat berucap.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan - Komunitas Perempuan Berdaya di Lampung Selatan mendorong generasi muda saat ini untuk tak krisis adab saat berucap.
Promotor Komunitas Perempuan Berdaya Sofiah Nurjanah mengatakan, salah satu upayanya melalui kegiatan bedah buku di desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan (2/10/2022).
Buku yang dibedah karya peneliti dari Jepang Dr Masaru Emoto berjudul The True Power of Water.
"Kami melihat kondisi generasi muda saat ini yang krisis adab dalam berucap kepada sesama maupun orang yang lebih tua," ujar Sofiah kepada Tribunlampung.co.id, melalui pesan WhatsApp, Selasa (4/10/2022) pagi.
"Tidak sedikit pelajar atau generasi muda saat ini sebagian besar belum mampu memilah kata-kata ketika berucap kepada lawan bicaranya," imbuhnya.
Baca juga: Sempat Buron 3 Bulan, DPO Curanmor di Pringsewu Ditangkap di Pesawaran
Baca juga: Pemkab Lampung Selatan Minta ASN Tingkatkan Layanan ke Masyarakat dan Jaga Pancasila
Kata-kata ejekan, memanggil teman dengan nama hewan bahkan sudah menjadi lumrah.
"Hal ini disebabkan sistem pergaulan yang sangat bebas, terutama luasnya dalam bersosial media," papar dia.
Promotor Komunitas Perempuan Berdaya lainnya Hesti Wening menambahkan, kegiatan bedah buku ini dinilai sebagai salah satu upaya untuk mensosialisasikan kepada generasi muda mengenai pentingnya berhati-hati dalam berucap.
"Bedah buku yang kami lakukan bertajuk Satu Jam Membangun Support System," kata Hesti.
Hadir 43 peserta dari kalangan pelajar SMA maupun ibu-ibu desa tersebut termasuk perempuan penggerak sosial, Wulandari, mengundang Nur Susilowati selaku ibu lurah dan ketua PKK Desa Sidodadi.
Pemateri kegiatan bedah buku Aliska Ayu Firhatini menjelaskan jika isi buku ini mengajak untuk menyadari bahwa air itu hidup.
Hal ini dibuktikan Dr Masaru Emoto dalam penelitiannya menggunakan mikroskop dengan memberikan kata-kata positif dan negatif untuk mengetahui apakah adanya reaksi.
Hasil penelitian, Dr Masaru Emoto menemukan bahwa partikel kristal air terlihat "indah" dan "mengagumkan" apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya kegembiraan dan kebahagiaan.
Namun sebaliknya, partikel kristal air terlihat menjadi "buruk" dan "tidak sedap dipandang mata" apabila mendapatkan efek negatif disekitarnya, seperti kesedihan dan bencana.
"Hal ini tentu saja berkaitan dengan kehidupan kita. Karena tubuh manusia mengandung kurang lebih 70 persen air, maka apapun yang kita katakan akan berpengaruh terhadap diri kita," kata Aliska.