Berita Lampung
Ada Pihak 'Panen' Solar, saat Nelayan Lampung Selatan Kesulitan BBM Subsidi
Dugaan itu muncul saat nelayan di Lampung Selatan kesulitan mendapatkan BBM subsidi jenis solar, justru kegiatan pengecoran terjadi di depan mata.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan- Aktivitas penyelewengan distribusi Bahan Bakar Minyak atau BBM subsidi jenis solar diduga masih terus terjadi di wilayah Lampung.
Dugaan itu muncul saat nelayan di Lampung Selatan kesulitan mendapatkan BBM subsidi jenis solar, justru kegiatan yang ditengarai sebagai aktivitas pengecoran minyak masih terlihat di depan mata.
Bahkan aktivitas pengecoran BBM subsidi jenis solar di Lampung Selatan ini terekam video hingga viral.
Diduga aktivitas pengecoran itu terjadi di wilayah Dermaga Bom Kalianda, Lampung Selatan.
Video viral 21 detik tersebut beredar di grup aplikasi percakapan WhatsApp mempertontonkan aktivitas pengecoran BBM bersubsidi jenis solar yang diperkirakan di SPDN (Solar Pack Diesel Nelayan) Dermaga Bom Kalianda, Lampung Selatan.
Semestinya BBM itu diperuntukan bagi nelayan.
Baca juga: Pupuk Ilegal di Lampung Selatan Dijual Sampai Bengkulu dan Palembang
Baca juga: Pabrik Pupuk Ilegal yang Tertangkap di Lampung Selatan Ada di Lampung Tengah
Terekam dalam video berdurasi 21 detik itu ada dua orang pria mengenakan kaus berwarna kuning sibuk memindahkan puluhan jeriken berisi solar ke dalam bak mobil pick up warna hitam di area SPDN.
Pria itu seolah tak menyadari, aksinya diam-diam direkam menggunakan kamera handphone oleh warga.
Sementara aktivitas tersebut tidak menggambarkan kondisi yang sedang dialami nelayan sekitar. Saat nelayan kesulitan solar, justru ada pihak yang melakukan aktivitas 'panen' solar.
Kesulitan mendapat solar sebagaimana yang diungkap Bahar, seorang nelayan di Dermaga Bom Kalianda Lampung Selatan.
Bahar mengaku mengalami kesulitan memperoleh bahan bakar untuk keperluan melaut akibat kelangkaan solar.
"Kelangkaan itu, kami menunggu bisa mencapai dua sampai tiga hari, kita cari diluar, mau nggak mau harga sudah pasti tidak sama otomatis (rugi)," ujar Bahar, Kamis (20/10/2022).
"Kalau kami cari diluar, rata-rata per liter kelebihan dari harga SPBU itu seribu rupiah kali kebutuhan kita 150 liter," imbuhnya.
Bahar menyebut, petugas di SPDN malah mengutamakan pembeli yang bukan nelayan.
"Saya nilai sih tidak terlalu bagus, kita sering mau ngisi ngantri, jeriken sudah berjejer, jadi yang diutamakan karena alasan sudah datang duluan, jadi kadang-kadang kami yang nelayan itu tidak diutamakan," ucapnya.