Berita Lampung
Gojek Hidupi Keluarga Mitra Driver, Bantu Ekonomi UMKM Tetap Bergeliat
Empat tahun sudah Aprianto menjadi bagian dari Gojek Lampung. Dirinya mulai mendaftarkan diri di Gojek Lampung pada tahun 1998 silam.
Penulis: Reny Fitriani | Editor: Noval Andriansyah
Bermula orderan masuk dari konsumen yang mengorder makanan di salah satu resto di Mal Boemi Kedaton Bandar Lampung. Total orderan dikatakan Aprianto hampir mencapai Rp 300 ribu.
Sebelum diantarkan ke konsumen, dirinya sempat bertanya kepada konsumen mengapa makanan yang akan dirinya bawa hanya sedikit padahal nilai belanjanya besar.
“Saya agak heran juga waktu itu, nilai belanjanya sampai Rp 300 ribu kok makanannya yang saya bawa ini cuma sedikit. Saya takut salah juga. Jadi saya chat konsumen, bilang ini sudah bener apa belum orderannya, kok cuma sedikit ya makanannya padahal nilainya sampe Rp 300 ribu, dijawab konsumen sesuai yang ia pilih. Karena dijawab begitu ya sudah saya antar aja makanannya ke konsumen” terangnya.
Sesampai di tempat tujuan Aprianto mengaku mendapat sedikit tip dari bulatan uang yang diberi oleh konsumen. Ia merasa senang saat itu. Lalu meninggalkan konsumen dan pergi lagi berkeliling dengan Beat kesayangannya.
Namun ternyata, saat dia mengecek kembali aplikasi miliknya, ia mendapati hal sangat mengejutkan. Dirinya diberikan Bintang 1 oleh konsumen tersebut. Lalu membaca alasannya yakni makanan tidak sesuai orderan. Konsumen berfikir ada makanan yang dimakan sendiri oleh si driver sehingga tidak lengkap.
“Saya panik lah, kok saya dikasih Bintang 1, padahal tadi kan sudah sesuai semua. Saya baca alesan kasih Bintang 1 karena makanan gak sesuai order. Mungkin dia pikir saya ngembat makanannya kali. Karena merasa gak adil, saya cek lah ke resto. Ternyata memang dari restonya yang salah, ada berapa item makanan yang gak kemasuk, jadinya kurang,” paparnya.
“Kata orang restonya bakal nganter sendiri makanan yang kurang langsung ke konsumen. Saya bilang terus gimana nasib saya yang dikasih Bintang 1 ini gimana? Saya bakal kena sanksi. Orang restonya nyaranin untuk ngehubunin lagi konsumen dan minta rubah pemberian Bintangnya. Sudah saya chat konsumennya tapi tetep dia gak mau ngerubah katanya itu kesalahan saya,” tambahnya.
Alhasil karena kejadian itu Aprianto mendapat skors dari pihak Gojek. Yakni aplikasinya dibekukan selama 7 hari. Sehingga ia terpaksa “menganggur” sementara waktu. Setelah lewat 7 hari barulah ia bisa menerima orderan kembali.
“Ini namanya lagi apes banget. Jangan sampe kejadian gini keulang lagi, anak istri saya mau dikasih makan apa kalau saya gak kerja? karena istri saya juga Cuma ngurus rumah tangga aja,” tukasnya sedih.
Sedikit berbeda dengan Aprianto, salah satu mahasiswa di Bandar Lampung yang juga menjadi driver Gojek mengaku menyambi kuliah sambil nge-Gojek karena ingin menambah uang untuk biaya kuliah.
Pasalnya dirinya yang berasal dari Kabupaten Tanggamus ini ingin sedikit meringankan kedua orangtuanya dalam membiayai studi Strata satunya.
“Lumayan lah buat tambah-tambahan biaya kuliah saya. Tapi saya masih bisa bagi waktu kok antara kuliah dengan kerja sampingan begini. Saya nge-Gojek pas lagi libur atau misal dalam sehari cuma ada dua mata kuliah. Daripada saya bengong-bengong aja di kamar kosan, kan lumayan nge-Gojek bisa dapat uang dan halal,” terang Fredi beberapa waktu lalu.
Orderan UMKM Terbantu dengan GoFood
Tak hanya driver yang ekonominya terbantu yang oleh Gojek. Pun begitu dengan pelaku UMKM khususnya di Lampung. Mereka terbantu penjualannya dengan adanya Gofood.
Salah satunya adalah UMKM Burger Beb yang ikut bergabung dengan Gojek sejak dua tahun silam.