Berita Lampung
Stok Blanko KTP Elektronik di Bandar Lampung Aman Hingga Akhir Tahun 2022
Plt Kepala Disdukcapil Bandar Lampung, Febriana mengatakan, stok blangko KTP elektronik yang ada saat ini masih cukup untuk akhir tahun.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Indra Simanjuntak
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Disdukcapil Bandar Lampung mengaku ketersediaan stok blanko KTP elektronik aman.
Plt Kepala Disdukcapil Bandar Lampung, Febriana mengatakan, stok blangko KTP elektronik yang ada saat ini masih cukup untuk mengakomodir kebutuhan warga hingga akhir tahun.
Namun demikian, Disdukcapil Bandar Lampung tidak menyebutkan jumlah stok blangko KTP elektronik yang dimiliki saat ini.
"Kebutuhan untuk satu hari kerja kurang lebih menghabiskan 400 blangko KTP," kata Febriana, Jumat (4/11/2022).
Hanya saja, lanjut Febriana, Disdukcapil Bandar Lampung akan segera mengajukan penambahan saat stok mulai menipis.
"Blangko ini dikirim dari pusat sesuai dengan pengajuan daerah," kata Febriana.
Baca juga: Lesti Kejora dan Rizky Billar Pamer Mesra Liburan ke Thailand Usai Kasus KDRT
Baca juga: Nia Ramadhani Menangis Nyanyi Lagu Yang Terbaik Bagimu, Ingat Mendiang Ayah
Febriana menjelaskan, Disdukcapil Bandar Lampung biasanya mengajukan permintaan blangko KTP Elektronik ke pusat sekitar 10 ribu lembar.
Namun menurutnya, jumlah permintaan tersebut tidak sepenuhnya dikirim, bahkan hanya bisa setengah nya.
Pengiriman blangko tergantung dari persetujuan dari pihak Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Seperti di Oktober 2022 ini, lanjut Febriana pihaknya baru saja menerima blangko KTP Elektronik sebanyak 5 ribu lembar.
"Kadang kita minta 10 ribu blangko, cuma 5 ribu yang dikirim. Tapi kita lihat juga berapa kebutuhan nya," kata Febriana.
Febriana menjelaskan, pengiriman blangko dari pusat bisa dilakukan secara lebih dari 1 kali setiap tahunnya.
Kendati demikian, Febriana menyebut dalam penggunaan nya harus seefektif mungkin.
Karena itu, pihaknya mengingatkan kepada masyarakat agar teliti terlebih dahulu dalam mengisi data kependudukan.
"Jangan sampai begitu sudah dicetak, ternyata ada salah ketik nama," kata Febriana.