Berita Lampung

Psikolog di Pringsewu Lampung Minta Identitas Pelaku Asusila Tak Disembunyikan

Lina Madila Amir, founder Biro Konsultasi Psikologi Hijau Pringsewu, Lampung minta identitas pelaku asusila terhadap anak tak disembunyikan.

Penulis: Riana Mita Ristanti | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi
Lina Madila Amir. Psikolog di Pringsewu Lampung minta identitas pelaku asusila tak disembunyikan. 

Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Lina Madila Amir (41), founder Biro Konsultasi Psikologi Hijau Pringsewu, Lampung minta identitas pelaku asusila terhadap anak tak disembunyikan.

Lina meminta kepada pihak kepolisian maupun jurnalis untuk mempublish identitas pelaku asusila terhadap anak seluas-luasnya.

Sebab menurut Lina, hal itu dapat menimbulkan efek jera terhadap pelaku asusila.

Selain itu juga akan membuat calon pelaku asusila terhadap anak urung melakukan niat buruknya.

"Nama pelaku dan seluruh identitasnya jangan disembunyikan, jangan diinisialkan, nggak perlu itu," kata Lina, Sabtu (14/1/2023).

Baca juga: 889 Kasus Perceraian di Pringsewu Lampung Sepanjang 2022, 31 Kasus Belum Terselesaikan

Baca juga: 2 Siswi SMP di Mesuji Lampung Jadi Korban Asusila Oknum Ketua Yayasan, Orangtua Lapor Polisi

Hal itu, lanjut Lina, akan efektif untuk menimbulakan efek jera kepada pelaku.

"Jangan berdalih kasihan, berdalih keluarga malu. Jangan seperti itu. Agar ada efek jera maka kita harus mempublish tersangka seluas-luasnya," paparnya.

Selain itu, masyarakat juga harus meningkatakan rasa peduli terdahap korban.

"Jangan dijulidin, jangan tanya kok bisa terjadi, kok bisa begini, kok bisa begitu. Kita harus benar-benar perduli, bukan hanya sekadar kepo," ungkapnya.

Telebih, Lina juga meminta kepada pemerintah untuk meng-up kondisi korban.

"Baiknya jangan hanya penjangkauan dan pendampiangan sekali, dua kali saja. Tetapi laporkan juga kondisi anak minggu ini bagaimana, kemudian dua minggu lagi bagaiamana, adakah perubahan pada korban," paparnya.

"Akan lebih baik jika pemerintah menyediakan SDM yang cukup diakar rumput, melakukan penjangkauan butuh effort luar biasa sehingga perlu didukung SDM yang memadai dan cukup," paparnya.

Ia menjelaskan, hal itu dilakukan guna memastikan pendampiangan yang dilakukan efektif.

"Dengan pendampiangan yang kontinu dan dilakukan oleh SDM yang memadai, harapannya korban dapat menjadi penyintas. Sehingga jika berkenan ia membagikan proses bangkit kembali dari trauma, agar dapat  dijadikan pelajaran bagi orang lain," ungkapnya.

Menurut Lina, hal ini berefek kepada pride korban, bahwa dirinya tetap bernilai karena mampu membantu orang lain.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved