Berita Lampung

Ikut Tradisi Blangikhan Sambut Ramadan, 4 Bule dan Muli Mekhanai Lampung Asyik Main Gemericik Air 

Masyarakat Lampung memiliki cara tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadan setiap tahunnya termasuk puasa 1444 Hijriah.

|
Penulis: Bayu Saputra | Editor: soni
Tribun Lampung/ bayu saputra
Suasana pesta budaya Blangikhan di Kali Akar di dalam Taman Bumi Kedaton Resort, di Jalan Wan Abdurahman Rahman, Kelurahan Batu Putuk, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung, Kamis (9/3/2023). 

"Dengan semakin datang ke Lampung, diperkirakan oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno ada sebanyak 1,4 miliar yang bergerak ke Indonesia," kata Bobby.

Bobby mengatakan, Disparekraf Lampung menargetkan 20 juta orang ke Provinsi Lampung untuk tahun 2023.

Sementara itu, Asisten Admistrasi Umum Pemprov Lampung Senen Mustakim mengatakan, perkembangan kemajuan zaman tidak menyurutkan tradisi Blangikhan ini terus dilakukan.

"Ini sebagai momentum bagi masyarakat Lampung terus menjaga kebudayaan dan pelestarian budaya," kata Senen.

Ia mengatakan, kegiatan ini menjadi prioritas pariwisata dan harapannya bisa menjadi pusat wisata nasional.

Ia mengatakan, arah kebijakan pembangunan desa Pahawang dan Desa Rijis Lambar sebagai desa wisata terus digelorakan.

Desa wisata itu merupakan sektor unggulan ke depan, pembangunan kawasan industri hingga Bakauheni harbor city sebagai upaya Pemprov Lampung mendukung kemajuan pariwisata.

"Mari membangun destinasi wisata, dan arahan dari Gubernur Lampung Arinal Djunaidi bahwa pariwisata Lampung harus dikembangkan," kata Senen.

"Pengembangan destinasi wisata diharapkan, dan harapan bisa optimal bersinergi dan berkolaborasi serta beradaptasi demi kemajuan pariwisata Lampung," kata Senen.

"Blangikhan ini warisan budaya bertujuan untuk mensucikan diri dan raga dalam memasuki bulan Ramadan, dan bisa menjalankan ibadah dengan lancar," kata Senen.

"Blangikhan ini mandi suci dengan ritual dengan menggunakan bunga tujuh rupa, dan dari tujuh mata air hingg daun pandan di dalamnya," kata Senen.

Tradisi ini sebagai simbol mensucikan diri dan hati bisa menjalankan ibadah ramadan, dan melestarikan budaya Lampung.( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved