Berita Lampung

21 Mahasiswa Lampung Telah Dievakuasi dari Sudan, Mufida Ketakutan Dengar Suara Tembakan dan Bom

Sebanyak 21 mahasiswa asal Lampung yang berada di Sudan telah berhasil dievakuasi ke Indonesia.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Teguh Prasetyo
Istimewa
Suasana Sudan yang berhasil difoto mahasiswa asal Lampung, Mufida yang kini sudah berhasil dievakuasi ke Indonesia. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung Sebanyak 21 mahasiswa asal Lampung yang berada di Sudan telah berhasil dievakuasi ke Indonesia.

Mereka dievakuasi karena Sudan mengalami perang.

Proses evakuasi berlangsung sejak Jumat (28/4/2023) hingga Senin (1/5/2023) kemarin.

Mahasiswi asal Lampung Mufida mengatakan, dirinya masuk rombongan kloter kedua yang berhasil dievakuasi dari Sudan.

Ia sampai di Indonesia pada Minggu 30 April lalu.

Baca juga: Sudan Perang, 13 Mahasiswa asal Lampung Berhasil Dievakuasi

Selanjutnya, mereka yang dievakuasi transit di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.

Mufida bercerita, selama di Sudan dirinya bersama 20 mahasiswa lain selalu merasa ketakutan.

"Kami selalu mendengar suara tembakan antara kedua pasukan militer di sana. Suasana sangat mencekam," kata warga Natar, Lampung Selatan ini saat dihubungi Tribun Lampung via telepon WhatsApp, Senin (1/5/2023).

Ia mengatakan, asrama mahasiswa asal Lampung tepat di samping markas kedua militer tersebut.

"Kami posisinya berada di tengah-tengah antara kedua pihak militer tersebut," kata Mufida.

Mufida mengatakan, baku tembak terus-terusan terjadi.

"Selain ada bom, ada juga mortar. Benar-benar terasa di belakang asrama kami," kata Mufida.

Mahasiswi semester VII di Internasional University of Africa jurusan Qiraat, Fakultas Alquranul Karim ini juga mengatakan, sering mendengar pesawat terbang rendah di atas gedung kampus.

Belum lagi suara bom dan tembakan.

"Asrama kami letaknya di pinggir jalan, dan kami langsung dievakuasi di bagian rektorat. Kami dikumpulkan bersama semua mahasiswa asal Indonesia termasuk dari Lampung di dalam satu tempat yakni rektorat kampus," kata Mufida.

Baca juga: 21 Mahasiswa Asal Lampung Kuliah di Sudan, 8 Diantaranya Sudah Dievakuasi Pulang ke Indonesia

Berdasarkan data yang diketahui, ada 1.209 warga negara Indonesia (WNI) di Sudan.

WNI yang telah dievakuasi ada sekitar 1.100 orang.

Kepala Badan Penghubung Provinsi Lampung di Jakarta, Yuda Sukmarina mengatakan, kepulangan 21 WNI asal Lampung terbagi menjadi beberapa kloter.

Kloter pertama ada 14 orang telah berhasil dievakuasi.

"Mahasiswa asal Lampung kloter pertama tiba di Jakarta pada hari Jumat (28/4) sebanyak 14 orang, terdiri dari 10 laki-laki dan empat orang perempuan difasilitasi oleh Kemendagri transit di Wisma Haji Pondok Gede," kata Yuda.

Sementara kloter kedua, ada sebanyak tujuh orang WNI asal Lampung tiba di Jakarta pada Minggu (30/4/2023).

Selanjutnya mereka akan dipulangkan melalui jalur darat.

Ada juga yang dijemput oleh keluarganya.

Sementara kedatangan kloter ketiga pada Senin kemarin.

Baca juga: 21 Mahasiswa Lampung Dievakuasi Dampak Perang Militer dan Milisi RSF di Sudan

Diketahui, Sudan membara setelah dua kelompok berperang, yakni militer Sudan versus milisi (sipil yang dijadikan paramiliter) Rapid Support Forces (RSF) atau Pasukan Pendukung Reaksi Cepat.

Militer Sudan yang dipimpin Abdel Fattah al-Burhan dan kelompok RSF yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo sejatinya telah sepakat memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam pada Kamis (27/4) lalu.

Namun ternyata, pertempuran tetap berlangsung.

Awalnya, militer Sudan dan RSF bersama-sama menggulingkan pemerintah sipil dalam kudeta Oktober 2021.

Militer Sudan kemudian mengklaim telah menguasai sebagian besar wilayah Sudan.

Beberapa daerah permukiman kemudian berubah menjadi zona perang.

Dilansir dari Al Jazeera, menjelang berakhirnya gencatan senjata yang disepakati selama tiga hari, dari Selasa (25/4) hingga Kamis, militer Sudan menyatakan akan memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam.

Kesepakatan itu diperoleh dari mediasi yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).

RSF menyetujui perpanjangan gencatan senjata.

Kelompok paramiliter itu menyebut usulan gencatan senjata datang dari dua kelompok diplomatik yang mencakup AS, Arab Saudi, Norwegia, Inggris Raya, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Meskipun ada jeda pertempuran sejak gencatan senjata 72 jam pertama dimulai, saksi mata dan jurnalis Reuters melaporkan serangan udara dan tembakan anti-pesawat tetap terdengar pada Kamis di ibu kota negara dan kota-kota terdekat Omdurman dan Bahri.

(tribunlampung.co.id/bayu saputra)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved