Berita Lampung
Peternak di Lampung Tengah Waswas Serangan Virus LSD Jelang Idul Adha
Sejumlah peternak kian hari kian dibuat takut dengan wabah virus Lumpy Skin Disease atau LSD yang membayangi sapi mereka.
Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: soni
Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Sejumlah peternak kian hari kian dibuat takut dengan wabah virus Lumpy Skin Disease atau LSD yang membayangi sapi mereka.
Virus yang seketika menyerang sapi dengan menyerang kulit, imunitas, hingga nafsu makan itu tak sedikit yang menumbangkan sapi-sapi peternak di Lampung Tengah dalam hitungan hari.
Seketika, asumsi peternak di Lampung Tengah menilai penyebaran wabah terjadi ketika menjelang panen raya atau hari besar seperti Idul Adha.
Edi, peternak sapi di Kampung Gunung Sari, Kecamatan Gunungsugih mengatakan, yang dirasakan petani di tiap kandang rata-rata hampir sama, setiap menjelang Idul Adha sepanjang tiga tahun terakhir adalah terpaan wabah.
Tak tanggung-tanggung, penyebaran wabah yang menerjang sapi menjelang Idul Adha cenderung masif dan mematikan.
Padahal, sebelumnya memprediksi pasca mentasnya sapi dari wabah PMK, tahun ini permintaan sapi meledak di Idul Adha.
Namun prediksi Edi harus sirna ketika LSD datang ke Lampung Tengah.
Bahkan, Edi mengklaim dirinya sudah pesimistis dan berasumsi bakal ada wabah baru yang akan merugikan peternak pasca LSD ini.
Baca juga: DKP3 Metro Lampung Temukan 154 Sapi Terjangkit LSD
Baca juga: Muncul Serangan LSD, Kadis Pertanian Mesuji Lampung Minta Peternak Tak Panik
"Tahun sebelumnya peternak diterjang PMK, kini diterjang LSD yang masyarakat menyebutnya penyakit lato-lato, sebenarnya ada apa kok bisa bertepatan jelang panen raya (?)," ujar Edi kepada Tribunlampung.co.id, Kamis (18/5/2023).
Bagaimana tidak, Edi mengatakan dampak LSD pada kesehatan sapi dapat menyusutkan bobot sapi akibat nafsu makan turun drastis, sampai kematian akibat imun sapi lemah.
Selain itu peternah juga harus menerima dampak ekonomi dengan anjloknya harga jual sapi karena cap wabah yang sedang menerpa.
Sapi yang punya riwayat wabah penyakit akan sulit dilirik pembeli, kalaupun ada pasti harga tawarnya tidak masuk akal.
Peternak yang sapinya terkena LSD akan dibuat pusing dengan pilihan nilai jual turun, atau menambah biaya untuk upayakan kesembuhan sapi.
"Ganasnya wabah virus pada sapi selain mematikan, juga dapat menurunkan harga jual hingga 50 persen," katanya.
Kesulitan dalam pemasaran, terutama pengiriman luar pulau, seperti pulau Jawa menjadi kendala berikutnya.
Kalaupun bisa kirim, tambah Edi, banyaknya administrasi yang harus diurus kerap menyulitkan peternak.
"Harus ambil sampel darah, cek laboratorium, dan ngurus berkas yang ribet hingga pengiriman tertunda 20 hari," katanya.
Bahkan, kalau peternak mengikuti prosedur, proses pengiriman bisa tersendat hingga sebulan.
Sehingga, tak sedikit orang yang memanfaatkan kesempatan menjadi broker dan peternak harus menambah biaya untuk dapat pengiriman cepat.
Edi mengaku, minimnya sosialisasi dari pemerintah akan test kesehatan dan administrasi membuat peternak banyak yang kelabakan dengan pengiriman.
Banyak peternak kaget dan tidak tahu bagaimana mengurus pemberkasan sebelum pengiriman. Ujungnya, pengiriman banyak ditunda.
Padahal, Edi mengklaim permintaan sapi di luar pulau cukup banyak. Peternak banyak yang tergiur untuk lepas harga di pulau Jawa.
Hal itu dibuktikan dengan dipercayanya Edi selama 5 tahun sebagai penyuplai daging kurban di Jabodetabek.
Dari 2017 hingga 2021, Edi mendapat langganan tetap dengan pesanan 200 ekor di tiap tahunnya.
Hal itu dianggap menjadi reward atas jerih payah dan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Namun, kini Edi harus puas dengan pasar lokal dengan pesanan dan omset yang tidak stabil.
"Sekarang saya paling mentok kirim sapi ke Palembang saja," katanya.
Dirinya berharap ada kemudahan dan penjaringan lebih teliti dari Pemerintah dalam menanggulangi wabah yang menerjang sapi, terutama di Lampung Tengah.
Tujuannya agar peternak terhindar dari wabah jelang akhir tahun yang notabene banyak pesanan saat Idul Adha.
Masyarakat juga selayaknya harus mendapat sosialisasi agar paham bagaimana proses pendistribusian sapi berjalan.
"Setidaknya peternak paham dan tidak termakan broker yang tentu menambah biaya lagi," kata Edi.
Hingga kini, Kabupaten Lampung Tengah belum menerma vaksin virus Lumpy Skin Disease atau LSD dari pusat/Provinsi.
Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan Kresna Rajasa mengaku hingga saat ini pihaknya hanya melakukan pencegahan untuk virus LSD.
Upaya pemerintah yang dilakukan selama vaksin tidak ada adalah melakukan penyemprotan ke tiap kandang sapi yang dilakukan oleh satuan tugas lapangan Dinas terkait.
"Kami lakukan langkah pencegahan dengan menerjunkan satgas menyemprot kandang dan ternak di Lampung Tengah," ujarnya kepada Tribunlampung.co.id.
Kendati demikian, Kadis tidak menampik bakal ada yang terjangkit virus walaupun sudah dilakukan penyemprotan.
Sebab, virus LSD juga dipengaruhi oleh kebersihan kandang hewan ternak. Jika setelah penyemprotan tidak diimbangi dengan perawatan kebersihan kandang dan hewan, maka akan terserang juga.
Namun, hingga saat ini pihak Dinas belum menerima vaksin LSD dari Dinas Provinsi.
Sehingga, ketika ada ternak di Lampung Tengah yang terjangkit virus LSD, satgas hanya memberikan pengobatan medis biasa.
"Selama belum menerima vaksin LSD, petugas lapangan hanya memberikan vitamin dan antibiotik," katanya.
Kresna mengklaim, saat ini belum ditetapkan daerah rawan LSD di Lampung Tengah, karena kasus belum masif.
"Saya yakin sampai hari ini penyebaran virus LSD masih bisa dikendalikan," tutupnya.
(Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq)
Bulog Lampung Tunggu Instruksi Pusat Soal Penyesuaian Harga Beras SPHP |
![]() |
---|
HET Beras Naik, Bulog Lampung Sebut Masih Jual Beras SPHP Rp 12.500 per Kg |
![]() |
---|
Gerak-gerik Mencurigakan, Pria di Pringsewu Kedapatan Bawa Sabu 9,59 Gram di Saku Celana |
![]() |
---|
Polsek Pematang Sawa Selamatkan Perahu Mogok di Tengah Laut Bawa Pasien Sakit |
![]() |
---|
Polsek Wonosobo Bersama Warga Tangkap Pelaku Curanmor Bersenjata Tajam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.