Berita Lampung

Warga Way Lunik Panjang Bandar Lampung Masih Keluhkan Debu Penampungan Batubara

Warga RT 05, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung masih mengeluhkan debu dar aktivitas penampungan batubara. 

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
Warga Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung masih mengeluhkan debu dari aktivitas penampungan batubara.  

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Warga RT 05, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung masih mengeluhkan adanya aktivitas penampungan batubara

Benny warga RT 05, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung mengatakan, dirinya masih merasakan banyaknya debu yang mengganggu aktivitasnya dan warga lainnya. 

Baca juga: Pemkot Bakal Berhentikan Sahriwansah Tidak dengan Hormat sebagai ASN

Baca juga: DPR RI Sebut AMDAL Reklamasi Pantai Karang Maritim Panjang Lampung Bermasalah

"Kami warga Way Lunik khususnya RT 05 masih mengalami banyaknya debu yang mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari kami," kata Benny, warga RT 05, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Minggu (24/9/2023). 

Benny mengatakan, masyarakat beberapa waktu lalu juga telah bertemu dengan pihak Polda Lampung dan kelurahan di kantor lurah. 

Masyarakat pada rapat tersebut telah meminta perusahaan batubara tersebut untuk direlokasi.

"Kami tetap meminta relokasi, dan sampai saat ini belum ada titik terangnya," kata Benny.

Polisi juga telah mendapat informasi dari warga dan direncanakan hasil pertemuan tersebut dibawa kepada pimpinan. 

"Sampai sekarang ini debu masih banyak dan semakin parah, tepatnya di depan rumah saya parah debunya," kata Benny.

"Sampai dia hari masyarakat tidak menyapu, maka debu ini akan banyak dan kalau diambil dengan sendok bisa," kata Benny.

Sebelumnya, Yuli warga RT 05 yang juga pemilik dari rumah makan Gambreng mengatakan, dirinya keberatan dengan adanya perusahaan batubara tersebut. 

"Karena usaha kami banyak terkena debu, debu tersebut masuk ke dalam pekarangan rumah dan warung," kata Yuli. 

Ia mengatakan, dirinya sangat direpotkan dengan debu yang menempel di piring dan makanan. 

"Banyak pembeli yang makan komentar, harapannya perusahaan harapannya menghentikan atau pindah tempat dari sini," kata Yuli. 

Warga mengalami batuk hingga gatal akibat batubara tersebut. 

Ia mengatakan, tempat tersebut tidak pernah digunakan untuk batubara, baru kali ini adanya perusahaan batubara," kata Yuli.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved