Berita Lampung

Petani Jagung di Lampung Tengah Panen Melimpah saat Kemarau dengan Metode MTOT

Petani jagung di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung mendapat berkah panen saat kemarau panjang melanda.

Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Fajar Ikhwani Sidiq
Farid, petani Kampung Putra Buyut, Kecamatan Gunungsugih, Lampung Tengah saat panen jagung miliknya di musim kemarau. 

Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Petani jagung di Lampung Tengah, Lampung mendapat berkah panen saat kemarau panjang melanda.

Manfaatkan metode mulsa tanpa olah tanah (MTOT), petani Kampung Putra Buyut, Kecamatan Gunungsugih, Kabupaten Lampung Tengah, hasilkan produksi jagung melimpah.

Baca juga: Lampung Tengah Simulasi Tangani Konflik saat Pemilu

Baca juga: Modus Wawancara PKH, Wartawan Gadungan Rampas Kalung Emas Warga di Lampung Tengah

Farid Rizki (25) selaku petani setempat mengatakan, hasil panennya selama musim kemarau ini menghasilkan jagung 16,8 ton per hektare. 

Sedangkan perbandingan hasil panen jagungnya dengan metode biasa menghasilkan 9.92 ton per hektare.

Hasil itu didapat dari perhitungan ubinan yang dilakukannya.

"Sudah 3 tahun saya bertani menggunakan metode MTOT, termasuk saat musim kemarau panjang saat ini," katanya kepada Tribunlampung.co.id, Kamis (19/10/2023).

Dirinya mengaku, selama 100 hari masa tanam sejak Juli lalu, dia jarang melakukan pengairan pada tanamannya.

"Pemberian air jarang karena kemarau, tapi karena pangkal tanaman jagung terlindung mulsa alami, dan setelah disiram kelembapan terjaga," sambungnya.

Bahkan hanya menggunakan 10 kg pupuk kimia sampai panen.

Dia menyebut, nutrisi jagung didapat dari mulsa campuran bahan jerami, batang jagung, dan ranting pohon.

"Keunggulan metode ini selain tidak melakukan bajak tanah, mulsa dari bahan organik punya banyak manfaat," ucapnya.

Dia mengaku, biaya produksi yang dikeluarkan lebih rendah dibanding metode yang biasa digunakan.

Karena saat budidaya tanaman jagung juga tidak ada penyiangan, penyemprotan, atau proses pembersihan tanaman liar pengganggu.

"Rata-rata petani Putra Buyut menerapkan metode ini untuk palawija dan padi sawah," tutupnya.

Dengan kondisi itu, Farid menganggapnya sebuah kesempatan untuk meningkatkan produksi palawija.

Sebab, di musim kemarau, daya beli dan harga jual hasil panen cukup tinggi, termasuk jagung.

"Harga jagung basah per kilogramnya Rp 4,5 ribu, bahkan kata agen bisa naik lagi," katanya.

"Semoga hasil panen petani di Lampung Tengah tetap optimal dan harga jualnya menguntungkan petani," tandasnya.

(Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq) 

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved