Berita Lampung

5 Pekon di Lampung Barat Rawan Konflik antara Manusia dan Satwa Liar

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Lampung Barat menyebut ada lima pekon yang berpotensi terjadi konflik antara manusia dan satwa liar.

Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Kiki Novilia
Dokumentasi
Ilustrasi satwa liar yang berpotensi menyebabkan konflik dengan manusia di Lampung Barat. 

Tribunlampung.co.id, Lampung Barat - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Lampung Barat menyebut ada lima pekon yang berpotensi terjadi konflik antara manusia dan satwa liar.

Hal itu tercantum dalam Road Map program mitigasi konflik manusia dan satwa liar terkait peningkatan ekonomi masyarakat berkelanjutan yang sedang dirancang oleh DLH Pemkab Lampung Barat.

Baca juga: Kebakaran Lahan di Balik Bukit Lampung Barat Teratasi setelah 2 Jam Damkar Turun Tangan

Baca juga: DLH Bentuk Pekon Mandiri Guna Mitigasi Konflik dengan Satwa Liar di Lampung Barat

Kabid Pengelolaan Pengendalian Lingkungan Hidup pada DLH Pemkab Lampung Barat, Sukimin mengatakan, lima pekon yang punya potensi terjadinya konflik manusia dan satwa liar itu tersebar di tiga kecamatan.

“Yakni Pekon Tambak Jaya yang berada di Kecamatan Way Tenong, Pekon Padang Tambak yang ada di Kecamatan Sekincau,” ujar dia mewakili Kapala DLH, M Hanry Faisal, Jumat (20/10/2023).

“Lalu Pekon Ujung Rembun, Pancur Mas, dan Tawan Sukamulya yang berada di Kecamatan Lumbok Seminung,” sambungnya.

Sukimin menjelaskan, kelima pekon tersebut saat ini belum mempunyai sejarah terkait konflik manusia dan satwa liar.

Namun menurutnya, kelima pekon itu punya potensi terjadi konflik dikarenakan wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan lindung dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

“Karena memang wilayah Lampung Barat ini juga di kelilingi hutan-hutan yang membentang di beberapa kecamatannya,” jelas dia.

“Dari kawasan hutan lindung hingga hutan TNBBS. Sehingga resiko terjadinya konflik satwa liar di wilayah yang berbatasan dengan hutan cukup besar,” terusnya.

Selain lima pekon tersebut, ungkap Sukimin, ada 15 pekon lain yang memang mempunyai sejarah akan terjadinya konflik manusia dan satwa liar.

Hal itu berdasarkan riset yang dilakukan pihaknya dari tahun 2018 hingga 2022 sehingga ditemukan 3 konflik yang dominan di Lampung Barat, yakni gajah, harimau dan beruang.

Pekon-pekon tersebut antara lain seperti Pekon Bumi Hantatai dan Gunung Ratu di Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS). Pekon Ringin Sari, Rowo Rejo, Tugu Ratu, Sukamarga, dan Sumber Agung di Kecamatan Suoh

Pekon Tanjung Raya di Kecamatan Way Tenong, Pekon Kubu Perahu dan Padang Cahya di Kecamatan Balik Bukit, Pekon Tri Budi Makmur di Kecamatan Kebun Tebu.

Pekon Simpang Sari di Kecamatan Sumber Jaya, Pekon Luas dan Atar Kuwaw di Kecamatan Batu Ketulis, dan terakhir di Pekon Kota Baru Kecamatan Sekincau.

“Wilayah-wilayah itu mempunyai sejarah konflik manusia dan satwa liar. Seperti di Kecamatan Suoh dan BNS dengan konflik gajah dan Padang Cahya dengan konflik dengan harimau,” sebutnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved