Berita Lampung
Pedagang Tempe Mendoan di Metro Keluhkan Meroketnya Harga Cabai
Neni Yuniati, pedagang tempe mendoan di Metro, mengaku kenaikan harga cabai cukup berpengaruh ke usahanya.
Penulis: Muhammad Humam Ghiffary | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id, Metro - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Metro mengeluhkan harga cabai yang kian meroket.
Neni Yuniati, pedagang tempe mendoan di Metro, mengaku kenaikan harga cabai cukup berpengaruh ke usahanya.
"Iya, berpengaruh. Terlebih di usaha saya kan tentu membutuhkan bahan baku cabai," kata dia kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (28/11/2023).
Tak hanya itu, lanjut dia, harga bawang merah juga cukup berpengaruh bagi usaha miliknya.
"Bahan baku pendukung cabai juga naik, bawang merah, tomat, hingga timun itu juga naik sekarang harganya," tuturnya.
Ia pun terpaksa mengurangi pembelian cabai karena harganya kian melambung tinggi.
"Ya berpengaruh banget, harga cabai saat ini ada yang sekitar Rp 60 ribu, biasanya kan Rp 38 ribu tuh per kilo, sekarang kita cuma dapat setengah kilo," tambahnya.
"Jadi penggunaan cabai itu dikurangi. Biasanya kita kan memang pedas, jadi mau gak mau kita mengurangi porsi jumlah cabenya," imbuhnya.
Tak ingin kualitas dagangannya menurun, ia tetap menggunakan bahan baku seperti sebelum harga cabai naik.
"Jadi kalo dikurangi, jadinya menurunkan kualitas produknya. Jadi mau gak mau untuk menjaga kualitas dan rasa kami tetap seperti biasa menggunakan bahan bakunya," bebernya.
"Jadi harganya saat ini kami naikkan. Intinya kami menekan biaya," sambungnya.
Ia meminta, Pemkot Metro untuk mencari solusi terkait kenaikan harga cabai saat ini.
Hal ini lantaran sangat berpengaruh pada keberlangsungan usaha miliknya.
"Maunya harganya jangan tinggi. Kita pengennya jangan naik tinggi, agar UMKM juga bisa berputar roda perekonomiannya," ucap dia.
"Jadi memang untuk jumlah pembeli juga cukup menurun drastis, ini tidak hanya ke saya saja, pedagang lain pada mengeluh sepi juga," lanjutnya.
Terpisah, Rere, pelaku usaha ayam geprek, juga mengeluhkan naiknya harga cabai.
Menurutnya, hal ini menjadikan usaha miliknya harus merogoh kocek cukup dalam demi mempertahankan kualitas sambal produk jualannya.
"Sekarang kan cabai mahal, mau cabai rawit atau cabai caplak naik semua. Ya mau gak mau harus beli cukup banyak biar tetap pedas sambalnya," kata Rere.
"Sedangkan kalo cabainya dikurangi, pelanggan mengeluh karena sambalnya gak pedas. Kalo naikkan harganya, pembeli juga pada gak mau. Bingung jadinya," kata dia lagi.
Ia berharap kenaikan harga cabai ini tidak berlangsung lama dan segera kembali normal.
"Ya harapannya bisa normal lagi aja harganya, karena semakin lama jadinya kesulitan juga menutupi biaya produksi," pungkasnya.
(Tribunlampung.co.id/Muhammad Humam Ghiffary)
Mantan Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona Diperiksa Kasus SPAM: Sesuai Kewenangan |
![]() |
---|
2 Pelaku Curat di Lampung Selatan Gasak Emas 15 Gram dan Uang Tunai, Hasilnya Dibagi |
![]() |
---|
Dishub Pasang Lampu Peringatan di 3 Titik Rawan di Bandar Lampung |
![]() |
---|
Anggaran Perbaikan Lampu Jalan di Bandar Lampung Rp 30 Juta dalam Setahun |
![]() |
---|
Harga Emas Melambung, Pengamat Ekonomi Unila Beberkan Penyebab dan Tips Investasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.