Teror Harimau di Lampung Barat

Teror Harimau di Lampung Barat Belum Usai, Tim Gabungan Pasang Jebakan

Tim gabungan memasang empat jebakan sekaligus untuk menanggulangi harimau yang meneror warga Suoh dan BNS, Lampung Barat. 

|
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Kiki Novilia
Dokumentasi Satgas
Tim saat memasang kandang jebak harimau di Lampung Barat. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Barat - Tim gabungan memasang empat jebakan sekaligus untuk menanggulangi harimau yang meneror warga Suoh dan BNS, Lampung Barat

Ditambahnya kandang jebak dimaksudkan agar penangkapan satwa liar harimau yang ada di Suoh dan BNS Lampung Barat untuk dievakuasi itu bisa berjalan maksimal.

Diketahui, sebelumnya Tim Penanganan Interaksi Negatif Satwa Liar dengan Manusia telah memasang dua kandang jebak harimau di Kecamatan BNS Lampung Barat.

Kesat Polhut BBTNBBS Sadatin Misri mengungkapkan, tambahan dua kandang jebak dari BKSDA Sumsel itu sudah terpasang di daerah Talang Rejo.

“Dilakukan pemasangan di lokasi tersebut karena tim telah menemukan tanda-tanda baru berupa jejak kaki hewan di sekitar lokasi itu,” ujarnya, Selasa (5/3/2024).

"Saat ini tim masih di lapangan memantau dan mencari tanda-tanda keberadaan harimau sekaligus memantau kandang jebak yang terpasang," terusnya.

Pihaknya juga terus mengimbau masyarakat agar terus berhati-hati, dan tidak melakukan aktifitas terlebih dahulu.

“Khususnya pada wilayah-wilayah yang ditemukan adanya tanda-tanda jejak kaki dari satwa tersebut," pungkasnya.

Sebelumnya, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) telah mengungkap beberapa faktor konflik satwa liar harimau dengan manusia yang terjadi akhir-akhir ini di Suoh dan BNS, Lampung Barat, Lampung.

Hal itu disampaikan BBTNBBS menyusul adanya dua korban yang meninggal dunia akibat serangan harimau di Pekon Sumber Agung Kecamatan Suoh dan Pekon Bumi Hantatai Kecamatan BNS, Lampung Barat.

Kasat Polhut BBTNBBS, Sadatin menceritakan, terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar harimau di Suoh dan BNS Lampung Barat ini karena perburuan mangsa harimau dan pembukaan lahan di kawasan hutan.

“Jadi untuk wilayah suoh ini, semenjak kasus satwa yang terkena jerat pada 3 Juli 2019, kita intens melakukan patroli perlindungan satwa,” ujar dia, Minggu (25/2/2024).

“Kita dapat instruksi untuk melakukan patroli sapu jerat. Sekarang hampir tiap kita melakukan patroli pasti mendapatkan alat jerat baik berupa tambang, nilon untuk satwa mangsanya,” terusnya.

Menurut Sadatin, hal itu berkaitan kenapa satwa harimau bisa berburu sampai keluar karena jumlah populasi mangsanya yang berkurang.

“Kita hubungkan dengan hasil-hasil yang kita dapatkan di lapangan saat patroli terkait jerat yang masih banyak,” jelasnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved