Berita Terkini Nasional

Tukang Soto Acungkan Jempol Sambil Tersenyum Usai Keponakan Bunuh Pamannya

Insiden pembunuhan bos toko kelontong di Tangsel, ternyata tak hanya dilakukan seorang diri oleh pelaku, melainkan dibantu seorang tukang soto.

|
Tribunnews.com/ Abdi Ryanda Shakti
Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers soal kasus pembunuhan pria terbungkus sarung dan karung di wilayah Tangsel, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2024). Insiden pembunuhan bos toko kelontong di Tangerang Selatan ( Tangsel ), ternyata tak hanya dilakukan seorang diri oleh pelaku, melainkan dibantu orang lain. 

Namun, Titus mengatakan penyidik tak semudah itu percaya dengan alibinya itu hingga menemukan jika FA yang membunuh pamannya itu.

"Begitu kita dapat petunjuk-petunjuk yang mengarahkan dia sebagai pelaku baru kita interogasi lebih dalam," ujar Titus.

Saat ini, pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 340 KUHP Juncto Pasal 338 KUHP dengan ancaman maksimal pidana mati.

Diketahui, jasad AH awalnya ditemukan terbungkus sarung tanpa identitas di sebuah lahan kosong di sebuah perumahan di Pamulang, Tangerang Selatan pada Sabtu (11/5/2024) pagi.

Setelah melakukan penyelidikan, polisi akhirnya bisa menangkap pelakunya berinisial FA yang sejatinya merupakan keponakannya sendiri.

"Dia (korban) usaha buka toko kelontong di situ."

"Terus dia tinggal di situ sama ponakannya, yang mana pelaku nya itu si ponakannya itu," kata Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Titus Yudho Ully saat dihubungi, Senin (13/5/2024). 

Titus mengatakan pembunuhan itu dilakukan pada Jumat (10/5/2024) pekan lalu setelah keduanya tinggal bersama selama empat bulan terakhir.

Pelaku sengaja diboyong dari Sumenep, Madura, untuk membantu menjaga toko kelontong milik korban.

"Ya karena kan dia toko kelontongnya buka 24 jam."

"Jadi dia memang butuh orang, ganti-gantian jaganya."

"Jadi yang satu tidur yang satu ngelayanin gitu," ungkapnya.

Dari hasil penyidikan, terungkap motif FA membunuh pamannya yakni karena sakit hati kerap dimarahi oleh pamannya masalah kerja menjaga warung.

"Jadi, perilaku (pamannya), kayak ditarik sarungnya, terus dimarahin, pake bahasa Madura."

"Kurang lebih intinya 'kalau kamu di sini cuma tidur-tidur, ngapain di sini, pergi aja, pulang lagi ke kampung mu lah'," ucap Titus.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved