Berita Terkini Nasional

UPDATE Bencana Banjir Lahar Dingin Sumbar, 20 Masih Hilang, 67 Meninggal Dunia

Update terbaru dari insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat ( Sumbar ), korban meninggal menjadi 67 orang dan 20 orang hilang.

REZAN SOLEH / AFP via TribunNews.com
Tim penyelamat dan masyarakat memindahkan kayu-kayu yang terbawa arus ke pemukiman warga saat mencari korban hilang di Desa Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 14 Mei 2024. Update terbaru dari insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat ( Sumbar ), korban meninggal menjadi 67 orang dan 20 orang masih dinyatakan hilang. 

Diketahui, insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi yang menerjang sejumlah wilayah di Sumatera Barat tersebut terjadi pada Sabtu (11/5/2024).

Arnis, warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat (Sumbar), menjadi satu di antara korban selamat dari insiden banjir bandang lahar dingin tersebut.

Kepada TribunPadang.com, ia menceritakan perjuangannya dan sang istri untuk menyelamatkan diri.

Pada Sabtu malam tersebut, ia sedang berada di dalam kamarnya dan hendak tidur.

Namun, tiba-tiba ada suara air bercampur batu di belakang rumahnya.

"Suaranya cukup keras dan mengganggu, sehingga saya sudah waspada," ujarnya.

Benar saja, saat membuka tirai jendela kamar, air sudah hampir setinggi pintu jendela kamarnya.

Ia dan istrinya pun was-was hingga mendengar suara rumah roboh di bagian belakang rumahnya.

Saat hujan mulai reda, ia mendengar suara orang minta tolong.

Arnis melangkah ke luar, bersama doa, ia menyibak air setinggi paha menuju sumber suara.

"Di sebelah ada ibu dan anak yang minta tolong, tapi tidak bisa saya bantu karena air sangat deras," kata Arnis.

"Umi tunggu di sana saja, saya tidak bisa tolong umi," kata Arnis mencontohkan percakapan terakhirnya.

Tak lama kemudian, tembok rumah samping rumahnya jebol, tetangga beserta rumahnya hanyut terbawa banjir.

Masih di tengah terjangan banjir, ia pun berusaha menggapai tiang yang berada cukup tinggi di dalam garasi rumahnya sambil bertahan dari terjangan banjir bandang.

"Saya tidak bisa langsung mengangkat badan untuk naik ke rumah, harus menunggu beberapa saat," lanjut Arnis.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved