Berita Terkini Nasional

UPDATE Bencana Banjir Lahar Dingin Sumbar, 20 Masih Hilang, 67 Meninggal Dunia

Update terbaru dari insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat ( Sumbar ), korban meninggal menjadi 67 orang dan 20 orang hilang.

REZAN SOLEH / AFP via TribunNews.com
Tim penyelamat dan masyarakat memindahkan kayu-kayu yang terbawa arus ke pemukiman warga saat mencari korban hilang di Desa Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 14 Mei 2024. Update terbaru dari insiden banjir lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat ( Sumbar ), korban meninggal menjadi 67 orang dan 20 orang masih dinyatakan hilang. 

"Kami pun lari keluar untuk menyelamatkan diri," sambung Liviya.

Saat banjir, aliran air terpecah jadi dua arah di bagian jembatan.

Satu sisi ada di bagian bawah jembatan, dan sisi lain air masuk ke arah rumah warga di depan Surau Kasiak An Nur.

"Saat itu masih kayu-kayu besar saja yang menghantam bangunan."

"Jika diingat bagaimana bunyinya sangat mengerikan, dentumannya seperti gemuruh-gemuruh petir," jelasnya.

Liviya dan empat orang teman lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan menerobos air.

Nahas ia dan teman-temannya justru terbawa arus.

"Saya berlima yang lari bersama-sama, tiga orang cowok dan dua cewek."

"Teman saya yang cowok, ketiganya terbawa arus, tapi tersangkut di kayu-kayu besar yang sebelumnya menghantam, jadi mereka memanjat melalui kayu-kayu itu ke atap rumah orang," terangnya.

Ia dan temannya ikut terbawa arus dan tersangkut kayu besar.

"Begitu juga saya dengan teman saya Kayla, kami terbawa arus dan tersangkut di kayu-kayu besar."

"Saat tersangkut itu, Kayla kakinya tersangkut kayu, saya bantu kemudian kami naik ke atap rumah warga dengan memanjat kayu-kayu besar yang tersangkut itu," sambungnya.

Meski telah selamat dan berhasil ke atap rumah warga, ia tetap merasa cemas karena melihat derasnya banjir yang membawa material besar seperti kayu dan batu yang menghantam rumah warga.

"Kayu dan batu besar menghantam rumah-rumah."

"Air semakin besar, sejumlah tiang listrik rubuh, kabel putus dan percikan api, trafo meledak gemuruh suara banjir bandang, tanah bergetar, orang-orang berteriak," ucapnya.

"Kami juga melihat rumah di depan surau yang hancur dihantam batu yang sangat besar, tapi kami tidak nampak orang di dalam rumah yang hancur itu," sambungnya.

Hingga pukul 00.30 WIB ia dan teman-temannya bertahan di atap rumah.

Setelah air surut, ia dan kawannya dievakuasi warga untuk turun dari atap.

Saat ini Liviya dan Kayla masih berada di pos pengungsian SD 08 Kecamatan Canduang, ia mengalami sedikit luka ringan di bagian kaki dan pergelangan tangannya.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / TribunPadang.com )

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved