Breaking News

Jasad Warga Lampung Tertahan di Kamboja

Wasiat Terakhir Warga Lampung Selatan Sebelum Meninggal di Kamboja

Terungkap wasiat Ahmad Jayani (36) warga Desa Taman Agung, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan sebelum meninggal dunia di Kamboja. 

Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus
Wasiat Terakhir Warga Lampung Selatan Sebelum Meninggal di Kamboja. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Selatan - Terungkap wasiat Ahmad Jayani (36) warga Desa Taman Agung, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan sebelum meninggal dunia di Kamboja

Sebelumnya diberitakan Ahmad Jayani meregang nyawa di Kamboja pada Sabtu (11/5/2024).

Ibu korban, Janah menyebut sebelum anaknya meninggal sempat mengirim uang kepada dirinya.

Uang tersebut, katanya untuk dibelikan ambal dan dipakai acara peringatan 4 tahun meninggal ayahnya.

"Sebelum meninggal dia sempat ada ngirim uang Rp 1 juta. Katanya buat haul (peringatan) 4 tahun meninggal ayahnya. Kan ayahnya meninggal bulan 5 juga," ujar Janah, Minggu (2/6/2024).

Selain itu, ia menyebut anaknya juga minta dimasakkan makanan.

"Dia minta dibuatkan rempeyek, sayur asam dan seruit ikan. Saya mah siap aja. Tapi malah dapat kabar begini," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Ahmad Jayani (36) warga dusun cinta sari, Desa Taman Agung, kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, meninggal dunia di Kamboja karena terjatuh dikamar mandi, pada Sabtu (11/5/2024).

Ibu korban Janah mengatakan, dirinya mendapat kabar anaknya meninggal dunia, karena terjatuh dari kamar mandi.

"Meninggalnya sabtu (11/5/2024). Terus temennya almarhum ini cerita. Sebelumnya mah, sebelum anak saya meninggal dia belum mau cerita. Katanya anak saya itu kan mandi. Terus katanya dia pamit sama temen-temennya, jangan ganggu ya, saya mau tidur. Setelah itu dia tidur," ujar Janah.

"Terus jam 9 paginya itu, katanya anak saya ini mandi lagi. Terus katanya dia jatuh dikamar mandi. Lalu dibawa ke rukah sakit. Kami dikabarinya katanya dia (anaknya) sudah koma, kami dikabarin jam 1 siang. Kemudian jam 5 sorenya kami dikabarin dia (anaknya) sudah meninggal," sambungnya.

Ia mengatakan selama bekerja di Kamboja, anaknya sering mengeluh sakit batuk.

"Korban meninggal karena sakit. Katanya dia itu mengeluh batuk. Kejadiannya nggak lama-lama banget sih, dari dia bilang sakit sampe meninggal. Dia nggak ada ngomong sih kalau ada penyakit lain. Pas lagi video call, dia lagi batuk. Dia sering bilang nggak enak badan. Terakhir video call-an dia udah nggak ngomong. Besoknya dia meninggal," katanya.

"Pagi harinya sebelum sorenya dia (anaknya) dikabari meninggal itu dia sempat nelfon ke kakaknya. Karena saya kan nggak pegang hp. Kami nggak tau kalau dia lagi sakit. Baru udah kayak gini saya baru dikabarin kalau dia udah meninggal dunia," sambungnya.

Ia mengatakan, jika menurut keterangan pihak rumah sakit, anaknya meninggal dunia karena sakit jantung dan paru-paru.

Lantas, ia pun bertanya-tanya dengan diagnosa anaknya yang mengatakan anaknya meninggal dunia karena sakit jantung dan paru-paru.

Sebab menurut sepengetahuannya anaknya tidak merokok dan tidak suka minum kopi.

"Kalau kata dokter sih penyebab meninggalnya katanya karena dia sakit jantung sama paru-paru. Bukan karena efek dia jatoh itu. Katanya bukan karena itu," ujarnya.

"Soalnya kalau kata temannya yang bernama Ridwan, yang mengantar dia (anaknya) ke rumah sakit, dia jatuhnya nggak baring atau nggak tengkurap. Cuma kayak posisi sujud gitu. Temennya yang ngurusin dia itu jujur cerita ke saya," sambungnya.

Dia mengatakan anaknya sempat mengalami koma sebelum akhirnya meninggal.

"Komanya sehari. Dari jam 9 pagi itu kejadiannya, jam 5 sorenya dikabarin kalau dia meninggal dunia. Orang saya dikabarinnya jam 1 siang, jam 5 sore-nya dia meninggal. Kalau sampe hari ini berarti sudah 3 mingguan," ujarnya.

Ia mengatakan jenazah anaknya terancam tidak dapat dipulangkan ke Indonesia.

Ia pun berharap kepada pihak KBRI agar anaknya bisa dibawa pulang ke Indonesia.

"Kalau dari pihak KBRI itu katanya anak saya dimakamkan di sana. Saya disuruh ke sana (Kamboja) bawa satu saksi. Biaya tranpost, makan, dan penginapan ditanggung," ujarnya.

"Tapi kalau saya berharapnya jenazah anak saya bisa dipulangkan ke sini. Gimana nanti kalau kami mau ziarah ke makam korban, kan bingung harus kesana, sedangkan kami tidak punya uang," tukasnya.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / Dominius Desmantri Barus )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved