Berita Terkini Nasional

Sebelum Dibunuh, Kekasih Vina Cirebon Berkelahi dengan 2 Orang di Jalan

Satu lagi saksi mata dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eky, muncul ke publik. Sosok saksi tersebut merupakan tukang ojek.

Kolase TribunnewsBogor.com
Satu lagi saksi mata dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eky, muncul ke publik. Sosok saksi tersebut merupakan tukang ojek. Tukang ojek yang diketahui bernama Rana alias Piying itu, mengaku sempat melihat Vina Cirebon dan Eky berkelahi dengan pengendara motor di Flyover Talun. 

Tribunlampung.co.id, Cirebon - Satu lagi saksi mata dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eky, muncul ke publik. Sosok saksi tersebut merupakan tukang ojek.

Tukang ojek yang diketahui bernama Rana alias Piying itu, mengaku sempat melihat Vina Cirebon dan Eky berkelahi dengan pengendara motor di Flyover Talun.

Rana bahkan mengaku sempat melerai Eky yang saat itu berkelahi dengan dua orang pemuda. Menurut Rana, kejadian itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, 8 tahun silam.

Diketahui, Vina adalah gadis 16 tahun asal Kampung Samadikun, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat, yang tewas bersama kekasihnya, Eky, di Jalan Raya Talu, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu 27 Agustus 2016. Keduanya menjadi korban penganiayaan geng motor.

"Saya kan berangkat ngojek pukul 21.45 WIB arah polres, balik lagi bawa belanjaan," kata Rana dikutip dari Youtube Official iNews, Sabtu (15/6/2024).

Saat melintas di flyover Talun, Rana melihat ada dua motor kejar-kejaran.

"Nah pas di tengah-tengah itu, dia (pelaku) langsung dipotong yang ada perempuannya itu (Vina dan Eky), terus berhenti dia gulat," tuturnya.

Rana mengaku melihat kedua pemuda itu sedang memukul almarhum Eky.

"Ya lagi dipukul temennya Vina, si Eky, sama dua orang itu," jelasnya.

Melihat itu, Rana pun spontan turun dari motornya dan melerai keempat anak muda tersebut.

"Saya jadi berhenti lagi, saya pisahin, pada nurut," kata dia.

Rana mengatakan, posisi mereka berkelahi itu yakni di tanjakan flyover Talun.

"Posisinya di trotoar yang ada pot," ungkapnya.

Menurut Rana, saat itu pelaku mengendarai motor berwarna hitam.

"Kalau nomor polisi kita nggak sempat lihat," kata dia.

Rana pun sempat menghampiri keempat muda-mudi tersebut, sehingga ia bisa melihat wajah mereka dengan jelas.

"Saya kan bilang ‘kamu kan anak sekolah, jangan berantem-berantem, udah malem pulang’," ujar Rana menirukan ucapannya pada Vina dan Eky serta dua pelaku pada malam itu.

Rupanya saat dilerai oleh Rana, Eky dan dua pria itu sempat berhenti berkelahi.

Sebagai saksi mata, Rana pun mengaku sempat diperiksa penyidik bahkan ikut dalam persidangan.

"Sempet diperiksa Polda Jabar, yang ditanyakan lihat kejadian gak, ya lihat pak berantem, orang 4, 1 perempuan, 3 laki-laki. Ikut sidang dua kali," jelasnya.

Rana pun mengungkap ciri-ciri dua pelaku yang berkelahi dengan Eky pada malam itu.

Menurutnya, ciri-ciri dua orang itu mirip dengan Eky.

"Tinggi-tingginya sama, potongan rambutnya sama, kayak orang kenal," jelasnya.

Setelah melerai keduanya, Rana pun kembali ngojek.

Baru pada esok pagi, dirinya mendengar kabar ada mayat ditemukan di sekitar flyover Talun.

TKP bukan di Flyover Talun

Keterangan Rana itu juga sama dengan kesaksiannya di putusan Mahkamah Agung terhadap para terpidana.

Penjelasan Rana soal posisi Vina dan Eky pada malam kejadian itu sama dengan keterangan Suroto, saksi yang pertama kali menemukan kedua korban.

Menurut Suroto, saat itu posisi keduanya ada di samping trotoar.

Suroto menjelaskan bahwa Vina ditemukan tepat di bawah PJU atau penerangan jalan umum.

Di sekitar TKP itu juga terdapat pot tanaman seperti yang disampaikan Rana.

"Bahwa posisi mereka baru menanjak melewati satu PJU," tulis putusan MA.

Tak Ada CCTV di TKP

Sebelumnya diberitakan, Suroto (50), satu di antara saksi mata dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Eky, memastikan jika di TKP tidak ada kamera CCTV.

Sebelumnya beredar di media sosial tangkap layar rekaman CCTV yang menunjukkan lokasi tempat Vina Cirebon dan Eky ditemukan.

Diketahui, Vina adalah gadis 16 tahun asal Kampung Samadikun, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat, yang tewas bersama kekasihnya, Eky, di Jalan Raya Talu, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu 27 Agustus 2016. Keduanya menjadi korban penganiayaan geng motor.

"Di sini (TKP) penemuan korban Vina dan Eki gak ada CCTV."

"Adanya tepat di pinggir jembatan yang bawahnya jalur tol milik Jasa Marga," ujar Suroto, Jumat (7/6/2024).

Namun, ia menyampaikan ketidaktahuannya keberadaan kamera tersebut, apakah mengarah ke titik penemuan korban Vina dan Eki.

"Saya kurang tahu kameranya ngarah ke titik (penemuan korban Vina dan Eki) atau engga, yang jelas ngarahnya ke jalan tol," ucapnya.

Ketiadaan kamera CCTV di lokasi penemuan korban menimbulkan berbagai spekulasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada malam kejadian.

Banyak pihak berharap agar penyelidikan lebih lanjut dapat mengungkap fakta-fakta baru yang dapat membantu menyelesaikan kasus ini.

Penemuan jasad Vina dan Eki di bawah Jembatan Talun terus menghebohkan warga sekitar dan menjadi perhatian publik.

Hingga kini, kasus tersebut masih menjadi perbincangan, khususnya terkait dengan langkah-langkah keamanan dan pengawasan di sekitar area tersebut.

Sebelumnya, Suroto memberikan kesaksian terkait penemuan jasad Eki dan Vina yang tergeletak di Jembatan Talun pada tahun 2016.

Kejadian tersebut terjadi pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB saat Suroto tengah melakukan ronda di wilayah yang sering terjadi pembegalan.

"Ya, saya jelaskan kronologinya, jadi saya setiap hari pada tahun 2016 lalu sering berada di Polsek Talun sejak pukul 20.00 WIB."

"Tujuannya untuk berjaga dan berkeliling, karena pada waktu itu di wilayah sini (Talun) sering terjadi penjambretan atau pembegalan dengan sasaran orang pulang kerja atau perempuan," ujar Suroto.

Pada malam itu, kata dia, cuaca gerimis dan Suroto melihat kerumunan orang di Jembatan Talun.

Ketika mendekat, ia menemukan dua orang tergeletak di dekat median jalan.

Jasad laki-laki ditemukan sekitar 2 meter dari median jalan, sementara jasad perempuan berada sekitar 5 meter ke arah Sumber.

"Pertama jasad laki-laki itu berada sekitar 2 meter dari media jalan mengarah ke tengah jalan."

"Nah lalu jarak sekira 5 meter ke arah Sumber itu titik perempuannya, dekat tiang lampu (waktu itu belum tahu kalau namanya Vina)."

"Lalu jarak sekira 5 meter lagi di ke arah Sumber lagi tergeletak motornya," ucapnya.

Saat itu juga, Suroto mencoba memeriksa kondisi kedua korban.

"Pertama, yang saya lakukan pegang jasad laki-laki, saya tanya, 'dek dek', itu sudah enggak jawab. Langsung saya vonis saat itu ini sudah meninggal."

"Lalu, saya ambil (copot tali) helm karena ikatannya mencekik ke leher, saya copot."

"Terlihat, wah ini benar udah meninggal (karena) berdarah banyak dan ngalir dari kepala dan dari badan," jelas dia.

Pria berusia 50 tahun itu kemudian fokus ke korban perempuan yang masih hidup dan meminta pertolongan.

"Karena waktu itu (korban laki-laki) saya anggap sudah meninggal, saya langsung fokus ke perempuan, karena dia (masih hidup) bilang tolong, tolong."

"Kata saya iya dek, sabar ya mobilnya (ranger kepolisian) lagi meluncur ke sini, nanti diantar ke rumah sakit," katanya.

Tidak lama kemudian, mobil polisi tiba dan mengevakuasi korban ke RSD Gunung Jati.

Suroto membantu mengangkat korban bersama polisi.

"Saya saat itu ngangkat korban bertiga aja sama polisi."

"Sebelum saya angkat, sebelumnya (daerah sensitif korban perempuan) saya tutupin pakai jaket itu, rok itu tuh nyilak dan kemaluannya kelihatan."

"Waktu itu pakai rok dan celana dalamnya itu tidak sesuai seperti yang kita pakai (alias) melorot ke paha."

"Saya naikin dan saya tutupi pakai jaket lukanya di kaki, tangan."

"(Kedua korban), banyak lukanya," ujarnya.

Suroto merasa ada kejanggalan dengan luka-luka yang dialami kedua korban.

"Kalau mukanya, enggak laki enggak perempuan lebam semua kayak habis disiksa, diapa gitu banyak luka."

"Eki luka di kepala ada, pas saya copot (helmnya) darahnya banyak waktu itu, yang jelas luka parah. Mukanya lebam semua," ucap Suroto.

Menurutnya, kondisi motor korban tidak mengalami kerusakan yang signifikan.

"Banyak sekali pengguna jalan arah ke kabupaten pada berhenti semua, ngelihat tapi enggak ada yang menolong."

"Kondisi motor enggak rusak enggak apa karena ketika dinaikin (kendarain) ke polsek juga masih bisa," jelas dia.

Tak hanya saat ini, pada tahun 2016 lalu, Suroto juga memberikan kesaksiannya dalam persidangan.

"Saya ikut sidang dua kali. Saya sampaikan (waktu persidangan), sama seperti ini, enggak direkayasa, apa adanya. Seminggu setelah kasus selesai dipanggil," katanya.

( Tribunlampung.co.id / TribunnewsBogor.com )

Sumber: Tribun Bogor
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved