Wawancara Khusus
Qodratul Ikhwan: Perbaikan Jalan Perlu Strategi Khusus
KPU Tulangbawang menyatakan pasangan calon nomor urut 2 Qudratul Ikhwan-Hankam Hasan berhasil memperoleh suara tertinggi dalam Pilkada 2024 lalu.
Tribunlampung.co.id, Tulangbawang - KPU Tulangbawang menyatakan pasangan calon nomor urut 2 Qudratul Ikhwan-Hankam Hasan berhasil memperoleh suara tertinggi dalam Pilkada 2024 lalu.
Dari 200.024 suara sah, pasangan ini meraih 94.061 suara.
Sementara pasangan calon nomor urut 3 Hendriwansyah-Danial Anwar berada di tempat kedua dengan memperoleh 51.334 suara.
Pasangan calon nomor urut 1 Winarti-Reynata Irawan mendapatkan 48.476 suara untuk menempati posisi ketiga.
Bagaimana perjalanan Qudratul Ikhwan berhasil meraih suara terbanyak dalam kontestasi tersebut?
Berikut ini wawancara khusus Pemimpin Redaksi Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah bersama Qodratul Ikhwan.
Terkait hasil pleno KPU Tulangbawang, bagaimana tanggapannya dengan raihan suara yang didapat?
Alhamdulillah hasil akhir Pilkada yang diselenggarakan pada 27 November 2024 lalu menempatkan kami sebagai peraih suara terbanyak kisaran 93 ribu lebih masyarakat yang memilih kami, dan cukup jauh dibanding paslon nomor 1 dan 3 yang selisihnya mencapai 20-21 persen atau 40 ribu lebih.
Dengan capaian ini, kami panjatkan rasa syukur atas ke hadirat Ilahi dan terima kasih terhadap warga Tuba yang telah menentukan pilihannya dan menitipkan amanah kepada kami berdua.
Bagaimana pengalaman selama ikut serta dalam Pilkada 2024?
Sama seperti teman-teman wilayah lain, selama masa kampanye memang sudah ada perubahan paradigma dan perilaku masyarakat dalam pemilihan 2024 ini. Kalau dulu kampanye dilakukan secara terbuka dengan skala yang besar, namun kalau kemarin kami memilih untuk kampanye dari pintu ke pintu, namun per kelompok masyarakat, dan itu kami jalani meskipun jangkauan dari satu kecamatan ke kecamatan lain ada yang mencapai 3 jam lebih. Tantangan yang kami rasakan tentu jalan yang rusak membuat perjalanan kampanye cukup lama.
Apa hal yang kerap disampaikan masyarakat semasa kampanye?
Hampir 100 persen masyarakat mengeluhkan infrastruktur khususnya jalan. Jalan di Tuba butuh penanganan yang sangat serius. Ada sekitar 786 kilometer jalan yang harus ditangani. Di sisi lain, kemampuan daerah untuk mewujudkan itu sangat terbatas. APBD hanya Rp 20 milliar.
Lalu pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan dengan dana itu? Kalau kita gunakan untuk aspal, ya paling hanya untuk 10 kilometer. Maka perlu strategi khusus untuk membangun jalan ini, dan kami telah melakukan kolaborasi bersama masyarakat, minimal memberi pengerasan jalan. Dan ke depan kami akan koordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mencari solusi pembangunan jalan di Tuba.
Selama 19 bulan jadi Pj Bupati Tuba, selain masalah infrastruktur, apa saja yang dilihat di Tuba?
Yang pertama, di mana pun saya diberi tugas, saya selalu berangkat dari masalah. Waktu itu awal mula saya bertugas di Tuba saya temukan masalah yang menonjol terjadi di terminal yang selama 8 tahun tidak selesai. Dimana terminal itu diportal oleh keluarga di sana. Padahal secara proses hukum sudah selesai dan pemerintah memiliki kewenangan untuk mencari solusi permasalahan yang ada. Alhamdulillah selama 2 bulan saya di sana, urusan terminal selesai yang selama 5 tahun bermasalah.
Yang kedua, kanal di Dipasena yang statusnya tidak jelas dan saya lakukan tawaf menemui menteri-menteri dan alhamdulillah sekarang statusnya sudah jelas. Kemudian masalah tanah di Astra Ksetra yang terjadi sengketa. Untuk menyelesaikan masalah itu saya gunakan rumus 3K: kewenangan, kemampuan, keinginan atau kemauan.
Mengenai masalah pendidikan dan kesehatan bagaiman Bapak melihat ini di Tuba?
Untuk pendidikan ada beberapa tempat yang perlu penambahan dan perbaikan. Insya Allah menjadi tugas kami nanti karena proses belajar mengajar menjadi prioritas daerah. Saya akan lakukan program Bupati Mengajar untuk memotivasi para siswa untuk semangat belajar dan saya siap berikan insentif bagi siswa-siswa berprestasi.
Lalu yang tak kalah penting masalah kesehatan. Ketika saya masuk Tuba, belum masuk UHC. Maka ini akan kami kejar itu. Kami ingin masyarakat tertangani dengan baik soal kesehatan.
Bagaimana Anda melihat Tulangbawang untuk berkembang di sektor apa dan bagaimana caranya?
Pertama, peran government. Peran pemerintah daerah selain melakukan pembangunan akan mendorong sektor-sektor potensi daerah seperti pertanian, perikanan dan perkebunan kami akan maksimalkan potensi yang ada. Seperti contoh harga singkong perlu didampingi pemerintah daerah agar memperjuangkan kesejahteraan petani. Kemudian kontribusi perusahaan sangat dibutuhkan untuk membangun suatu daerah. Insya Allah jika sama-sama ini bisa berjalan. Jangan tergantung dengan APBD. Kita mesti bersinergi.
Sebagai seorang birokrat, apa alasan Anda pensiun dini dan milih nyalon bupati di Tuba?
Dari awal saya tidak ada rencana. Bahkan awalnya saya ingin pensiun dengan golongan 4E. Namun karena saya pensiun dini, akhirnya saya tak sampai 4E. Dan dengan tekad untuk membangun Tuba, saya mundur meskipun saat itu saya belum dapat rekomendasi partai. Dan alhamdulilah dalam perjalanannya diridhoi oleh Allah SWT dan alhamdullilah hasilnya sesuai harapan masyarakat.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)
Putar Musik Wajib Bayar? Eksklusif Bersama Yanvaldi Yanuar |
![]() |
---|
Novriwan Jaya Bicara soal Bolo Ngarit untuk Majukan Peternakan di Tulangbawang Barat |
![]() |
---|
Jody Saputra Ingin Mesuji Punya Brand Beras Sendiri |
![]() |
---|
Makanan Bergizi Tak Harus Mahal, Eksklusif Bersama Wakil Ketua DPD PCPI Lampung |
![]() |
---|
UMKM Masih Gratis Pakai QRIS, Eksklusif Bersama KPwBI Lampung Bimo Epyanto |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.