Mutiara Ramadan

Menghindari Penyakit Hati

Ada yang bangga dengan diri sendiri, serta ada pula yang selalu meluapkan kekesalan, yang disebut dengan emosional. Inilah beberapa penyakit hati.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar
PENYAKIT HATI: Ketua PCM Natar Agung M Ikbal MAg dalam program Mutiara Ramadan di Tribun Lampung pekan lalu. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk sosial. 

Sebagaimana disebutkan dalam Alquran bahwa manusia diciptakan sebagai an-nās. 

Ketua PCM Natar Agung M Ikbal MAg mengatakan, salah satu makna an-nās adalah makhluk yang membutuhkan eksistensi hidup bersama, berkumpul, dan selalu berinteraksi dengan sesama untuk memenuhi hajat hidupnya.

Namun, dalam perjalanan kehidupan manusia, ada yang sukses dan ada yang berhasil. 

Sementara ada pula yang gagal dalam menjalani kehidupan ini. 

“Tapi terkadang, dalam kehidupan ini banyak hal yang membuat kita saling iri satu sama lain, atau ada yang ingin memaksakan diri menjadi serakah atau tamak,” kata Agung dalam program Mutiara Ramadan di Tribun Lampung pekan lalu.

Ada juga yang membanggakan dirinya, selalu pamer keberhasilan dan hartanya kepada orang lain. 

Ada yang bangga dengan diri sendiri, serta ada pula yang selalu meluapkan kekesalan, yang disebut dengan emosional. Inilah beberapa penyakit hati yang ada dalam diri manusia.

"Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain..."

“Dalam surat Al-Hujurat ini, Allah memerintahkan kita untuk menjauhi prasangka. Karena prasangka bisa membawa kita kepada penyakit-penyakit hati,” tutur Agung.

Di antara penyakit hati yang telah disebutkan tadi, yang pertama adalah riya’. 

Riya’ adalah suatu sifat atau bisa juga dikatakan sebagai penyakit mental, di mana seseorang melakukan suatu perbuatan hanya untuk mengharapkan pujian dari orang lain. 

Manakala orang tidak memujinya, ia menjadi marah. Maka, apa yang menjadi orientasi dalam hidupnya hanyalah pujian semata, yang disebut pretensius.

Kemudian yang kedua adalah iri dan dengki, yaitu penyakit mental dan penyakit hati yang dilatarbelakangi oleh ketidaksukaan atas perolehan prestasi orang lain. 

Ketika dirinya gagal, ia berusaha mencemarkan nama baik, memfitnah, dan lain sebagainya, agar tidak kalah dari orang lain. 

Kadang-kadang sifat iri dan dengki ini tidak mudah ditebak, karena sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

“Penyakit hati yang ketiga adalah serakah dan tamak, yaitu sifat yang selalu mengharapkan pemberian dari orang lain. Jika tidak mendapat pemberian dari orang lain, maka ia akan menyebut orang itu pelit, bakhil, dan lain sebagainya,” beber Agung.

Penyakit lainnya adalah emosional, yaitu sifat mudah marah. 

Orang yang emosional selalu melampiaskan kemarahannya atas apa yang diperolehnya dalam kehidupan ini secara berlebihan.

Untuk menghindari penyakit-penyakit hati ini, kita bisa belajar dari budayawan melalui syair Tombo Ati, seperti:

“Pertama, “Moco Quran sak maknane“, yang artinya membaca Alquran dengan maknanya, men-tadabburi, memahami, dan mengamalkan isinya,” sebut dia.

Kedua, "Wong kang sholeh kumpulane", yang artinya mendekati orang-orang saleh, berkumpul dengan para alim ulama, serta mendatangi majelis-majelis ilmu agar mendapatkan pencerahan dan meniru kesalehan mereka, sehingga kita dihindarkan dari hal-hal yang buruk.

“Ketiga, "Weteng kang luwe", yang artinya berpuasa. Berpuasa dapat membantu kita menghindari penyakit-penyakit hati, memberikan makna dalam kehidupan, dan mengajarkan kita untuk berpasrah kepada Allah. Karena puasa memiliki arti menahan, maka segala sesuatu yang dapat menyebabkan keburukan secara nafsiah harus kita tahan,” lanjutnya.

Keempat, "Sholat wengi lakonono", yang artinya salat malam atau tahajud, untuk merenungi dan melakukan muhasabah diri, agar kita terhindar dari hal-hal yang dapat merusak mental atau hati kita.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

“Itulah beberapa hal yang bisa menghindarkan kita dari penyakit-penyakit hati, yang dapat merusak mental dan hubungan sosial kita. Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak membaca Alquran, bergaul dengan alim ulama, menghadiri majelis taklim, serta menahan diri dengan berpuasa,” imbuh Agung.

“Kita juga bisa menjalankan salat malam, ibadah sunah, serta berzikir untuk mendapatkan ketenangan dari Allah. Zikir bisa kita lakukan dalam keadaan duduk, berdiri, atau berbaring, agar kita selalu mengingat Allah. Dengan begitu, kita dapat menjauhkan diri dari penyakit hati,” sambungnya.

Lakukan juga perbuatan-perbuatan positif agar kita menjadi hamba yang saleh, sehingga saat dipanggil oleh Allah, kita termasuk orang yang disayang-Nya. 

“Semoga kita semua terhindar dari penyakit hati dan tergolong orang yang dirahmati oleh Allah SWT,” tutupnya. 

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Iktikaf dan Momen Muhasabah

 

Menjemput Malam Lailatul Qodar

 

Ngabuburit yang Berpahala

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved