Mahasiswa FEB Unila Meninggal

Nasib Pilu Faaris, Disiksa Saat Diksar, Kini Keluar dari FEB Unila karena Tertekan

Nasib pilu dialami Muhammad Arnando Al Faaris, eks mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung ( Unila ).

Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
UNJUK RASA: Mahasiswa FEB Unila menggelar unjuk rasa di depan Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025) setelah meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa jurusan bisnis digital FEB Unila. Pratama diduga meninggal akibat mengalami kekerasan setelah mengikuti diksar Mahepel FEB Unila. Seorang rekan Pratama yang juga ikut sebagai peserta diksar kini tak lagi berkuliah di FEB Unila lantaran diduga mendapat tekanan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Nasib pilu dialami Muhammad Arnando Al Faaris, eks mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung ( Unila ).

Bagaimana tidak, Faaris sempat merasakan tindakan kekerasan saat mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) organisasi kemahasiswaan Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel) FEB Unila.

Kini, Faaris sudah tak lagi berkuliah di FEB Unila lantaran ia diduga mendapat tekanan atas kasus kekerasan yang terjadi saat diksar tersebut.

Secara blak-blakan, di hadapan awak media, Faaris membongkar tindakan kekerasan yang terjadi saat diksar Mahepel FEB Unila.

Diketahui, kegiatan diksar organisasi kemahasiswaan Mahepel FEB Unila membuat seorang mahasiswa bernama Pratama Wijaya Kusuma dari jurusan Bisnis Digital, tewas.

Diketahui, kegiatan diksar Mahepel FEB Unila itu berlangsung pada 11-14 November 2024.

Setelah mendapat perawatan, Pratama akhirnya meninggal dunia pada 28 April 2025.

Seorang mahasiswa FEB yang juga menjadi peserta diksar Mahepel, Muhammad Arnando Al Faaris, menceritakan pengalaman pahit yang dialaminya selama mengikuti kegiatan diksar Mahepel tersebut.

Faaris yang juga rekan korban mengakui, telah terjadinya penyiksaan terhadap dirinya, serta sejumlah rekannya termasuk Pratama, yang meninggal dunia.

"Saya berusaha melaporkan kekerasan yang terjadi yang dilakukan oleh kakak tingkat di Mahepel."

"Saya sendiri mengalami dan saya mengharapkan ada keadilan, tapi malah saya mendapatkan tekanan," kata Muhammad Arnando Al Faaris saat diwawancarai di depan kantor KONI Lampung, Kamis (29/5/2025). 

Ia mengatakan, dirinya malah dicap oleh kakak tingkat dan kampus sebagai pembuat masalah.

"Saya meminta bantuan kepada mereka, tapi mereka tidak mau membantunya," ujar Faaris. 

Dia juga diperintahkan menandatangani suatu surat agar cerita ke siapapun dan kekerasan diksar tertulis hanya sebagai sukarela. 

"Saya tidak ikhlas dengan apa yang terjadi. Saya kecewa dengan sikap kampus, makanya saya keluar Unila," kata Faaris.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved