Berita Lampung

428 Titik Panas Terdeteksi di Lampung, BPBD Siapkan Water Bombing Helicopter

Titik panas ini tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Lampung dengan tingkat status rendah, sedang, hingga tinggi.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dok Damkarat Mesuji
TITIK PANAS - Ada ratusan titik panas yang terdeteksi di Lampung. Way Kanan menjadi daerah dengan jumlah hotspot terbanyak, yakni 137 titik. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Ada ratusan titik panas yang terdeteksi di Lampung

Dari data Sistem Pemantauan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Kementerian Kehutanan per 21 Juli 2025, di Lampung ada 428 titik panas (hotspot) sepanjang 1 Januari hingga 20 Juli 2025.

Titik panas ini tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Lampung dengan tingkat status rendah, sedang, hingga tinggi. 

Way Kanan menjadi daerah dengan jumlah hotspot terbanyak, yakni 137 titik. 

Disusul Lampung Timur 76 titik, Lampung Tengah 64 titik, dan Lampung Selatan 45 titik. 

Kemudian Tulangbawang 39 titik, Tulangbawang 24 titik, Lampung Utara 17 titik, Pesisir Barat 9 titik, serta Tanggamus dan Pesawaran masing-masing 5 titik. 

Adapun Mesuji 4 titik, dan Metro serta Lampung Barat masing-masing 1 titik.

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Rudy Sjawal Sugiarto menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta menjalin kerja sama lintas provinsi.

“Kita sudah koordinasi dengan BNPB dan kerja sama dengan Sumatera Selatan. Ketika terjadi potensi kebakaran yang meluas, kita akan minta bantuan water bombing helicopter,” ujarnya, Senin (21/7).

BPBD Lampung juga telah menerbitkan surat edaran kepada BPBD kabupaten/kota agar meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi karhutla, termasuk memantau sistem peringatan dini kekeringan dari BMKG dan menganalisis wilayah rawan terdampak.

Selain itu, BPBD juga meminta pemda melakukan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang berkelanjutan, menjaga kapasitas danau, waduk, embung, dan kolam retensi untuk menjamin ketersediaan air bersih.

“Kami juga mendorong masyarakat menghemat penggunaan air dan menerapkan pola pertanian yang hemat air, serta menyiapkan logistik seperti tangki air dan pompa di wilayah rawan,” tambah Rudy. 

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved