Berita Lampung
Pedagang Pasar Gudel Bandar Lampung Setuju Pengelolaan Retribusi Diambil Alih Pemkot
Pemkot Bandar Lampung bakal mengelola retribusi Pasar Gudang Lelang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) setelah diduga bocor.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Pedagang menyambut baik rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung mengelola retribusi Pasar Gudang Lelang .
Pemkot Bandar Lampung bakal mengambil alih pengelolaan retribusi Pasar Gudang Lelang melalui Dinas Perdagangan (Disdag) setelah bermasalah.
Pasar Gudang Lelang ini berada di Kecamatan Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Pusat jual beli masyarakat di wilayah Telukbetung Selatan itu berada satu komplek dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gudang Lelang.
Masyarakat sekitar biasa menyebut Pasar atau TPI Gudang Lelang itu dengan singkatan Gudel.
Ternyata di balik ramainya aktivitas Pasar Gudel menyisakan persoalan retribusi.
Selama ini pengelolaan retribusi Pasar Gudel oleh pihak swasta yang kemudian menimbulkan kerugian negara hingga Rp 520 juta.
Kerugian sebanyak itu berdasar hasil penyelidikan Kejari Bandar Lampung akibat pungutan liar selama kurun waktu 2011-2021.
Kejari Bandar Lampung telah menetapkan dua tersangka, Iqbal Yadi (Iy) sebagai direktur PT Cahaya Kurnia Baru dan M Irsan (Mi) sebagai pengelola Pasar Gudel.
Atas masalah itu, sejumlah pedagang setuju dan mendukung uapaya Pemkot untuk mengelola langsung retribusi Pasar Gudel.
Dukungan itu di antaranya datang dari salah satu pedagang sembako di Pasar Gudel, inisial Ra (60).
"Kami justru senang kalau Pasar Gudel ini dikelola oleh Pemkot, karena harapannya bisa transparan dan nantinya retribusi yang kami berikan kembali lagi untuk pembangunan kota ini," kata Ra pedagang sembako di Pasar Gudel, saat diwawancarai Tribunlampung.co.id di depan toko dalam Pasar Gudel, Minggu (24/8/2025).
Dia mengaku selama ini memberikan retribusi kepada penagih sebesar Rp 36.500 per harinya. Itu termasuk untuk keamanan, kebersihan, dan lampu.
Penagih retribusi, menurut dia, tidak menggunakan seragam dan tidak ada karcis yang diberikan kepada pedagang.
Setelah retribusi dikelola Pemkot, pedagang berharap biayanya menjadi lebih rendah seperti sebelumnya.
Menurut Ra, tadinya retribusi Pasar Gudel ini hanya sebesar Rp 17.000. Namun belakangan naik Rp 19.000 menjadi Rp 36.500.
Sedangkan retribusi yang dikenakan untuk pedagang hamparan kini mulai dari Rp 15.000 per hari sampai dengan Rp 25.000. "Kami keberatan dengan retribusi tersebut," tukas pedagang senior dari 1987 ini.
Ra ingin fasilitas di Pasar Gudel semakin terjamin setelah diambil alih Pemkot.
Pedagang sayur berinisial Yt (43) yang sudah 17 tahun berjualan juga berharap Pasar Gudel dikelola dengan baik oleh Pemkot Bandar Lampung.
"Kalau sebelumnya kami sewa hamparan ini Rp 20 ribu per harinya," ungkap Yt.
Dengan biaya itu, dia mendapat fasilitas penjagaan lapak sampai malam karena barang dagangan ditaruh di bawahnya.
Juga mendapat fasilitas kebersihan dan lampu. Namun tidak ada karcis yang diberikan pada pedagang saat penarikan retribusi.
"Kalau dulu 2007 sempat ada karcis dan sekarang tidak ada lagi, dan petugas retribusi juga tidak pakai seragam," ungkap Yt.
Dia berharap pengelolaan Pasar Gudel menjadi lebih baik setelah dibentuk UPT. (Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)
Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini 24 Agustus 2025, Sebagian Besar Wiayah Berawan |
![]() |
---|
Pengamat Sebut Pedagang Jual Minyakita di Atas HET Gegara Sulit Dapat Stok |
![]() |
---|
Pedagang Sembako di Lampung Tengah Kesulitan Dapat Pasokan Minyakita |
![]() |
---|
Rycko Menoza Sebut Literasi Digital Harus Dirawat dalam Bingkai Kebhinekaan Informasi |
![]() |
---|
DKV IIB Darmajaya Gelar Pameran Seni Ragom Karya 3, Tampilkan Foto hingga Animasi 2 Dimensi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.