Selain ”Doyan” Membunuh, Ini Sisi Lain Kepribadian Hitler

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adolf Hitler dan Eva Braun

Hanya pada permulaan perjuangan partai Nazi, ia membantu dengan membuat gambar penganan-penganan anggota partai dan bekerja sama dengan surat kabar Nazi.

Hitler, yang selalu ingin mendapat foto bagus, kerapkali datang ke tempat Hoffmann. Di sanalah ia bertemu Eva, yang bertugas memilih dan mengatur foto-foto Hitler.

Rupanya Eva kerap dikirim ke kediaman Hitler untuk meminta “persetujuan". Dan ia tidak menyembunyikan kekagumannya akan Hitler.

Rambut dan mata Eva mengingatkan Hitler akan Stephani, gadis pujaannya sewaktu remaja. Pertemuan semakin sering terjadi.

Dalam album Eva, tersimpanlah menu pesta pertama dan bunga pertama yang diberikan oleh Hitler kepadanya.

Baca: Karena Faktor Ini Kopassus Didaulat sebagai Pasukan Terbaik di Dunia

Rupanya Eva langsung mendapat tempat di hati Hitler. Ia tahu diri dan bisa menyimpan rahasia. Kalau gadis lain dengan pongah akan mencanangkan “saya diundang Hitler" atau “Hitler memujiku", maka Eva tetap membisu.

Terhadap kawan-kawannya yang paling intim pun, Eva tutup mulut. Bahkan di hadapan orangtuanya sekalipun.

Dari catatan hariannya, ternyata pada tahun 1938 Eva sudah lima tahun menjadi “maitresse" Hitler. Ia dihujani hadiah, dan diam di suatu rumah mewah yang disewa Hitler untuknya di dekat Kaiserdamm.

Tetapi, ketika Hitler berkunjung ke tempat Hoffmann dalam suatu perjamuan, yang tampak antara Hitler dan  Eva hanyalah pertemuan formil antara seorang besar dengan sekretaris yang kecil.

Salamnya kepada Eva tidak lain dari yang biasa. Mereka berjabatan tangan seperti tamu lain-lainnya.

Sikap Eva seperti seorang pegawai kecil yang menerima kehormatan menyambut seorang pembesar. Tetapi di bawah foto-foto itu Eva menulis: “Meski begitu, ia mengenal saya dengan baik."

Baca: Punya Tim VIP, Spetsnaz Disebut sebagai Pasukan Khusus Terbesar di Dunia

Sebenarnya, watak Eva yang “reserved" (tak suka menonjolkan diri) itulah yang membedakan dirinya dari Madame Pompadour atau Lola Montez, meskipun mereka masing-masing berhasil menginfiltrasikan dirinya ke dalam rumah tangga orang-orang  besar.

Jauh pula perbedaan Eva dari tokoh Madame Macbeth yang membisikkan ambisi ke dalam telinga suaminya. Eva tidak ada minat pada politik. Justru inilah yang memikat hati Hitler.

Di dekat Eva, soal-soal kenegaraan yang ruwet amblas seketika, dan kepala bisa istirahat barang sebentar. Sebaliknya, bila Hitler ingin bicara leluasa, ia bisa menandaskan semuanya, tanpa bantahan sedikit pun dari Eva.

Dari kalangan pejabat-pejabat  tinggi yang banyak bergaul dengan Hitler, Eva mendapat penghargaan. Fieldmarshal von Keiter berkata bahwa Eva yang elegan mungil dengan kaki-kakinya menggiurkan itu simpatik kepada semua.

Halaman
1234

Berita Terkini