Eko Yuli Persembahkan Emas untuk Calon Anak, Atlet Asal Lampung Moncer di Asian Games 2018

Penulis: Indra Simanjuntak
Editor: Heribertus Sulis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eko Yuli Irawan saat menunjukkan perolehan medali perak Olimpiade Brasil 2016

"Terima kasih juga untuk Tribun Lampung. Saya sepertinya belum bisa ke Lampung dalam waktu dekat ini. Karena menunggu istri lahiran. Dan ini pun langsung persiapan untuk pertandingan dunia," tukas pria 29 tahun itu.

Pria yang lahir pada 24 Juli 1989 ini mengaku, tak ada resep khusus untuk menjadi seorang juara dunia.

Peraih tiga medali beruntun cabang angkat besi pada Olimpiade Beijing, London, dan Brazil itu menilai hanya keinginan dan ketekunan yang membawa dirinya meraih sejumlah medali.

Karena itu merupakan modal utama menjadi juara.

"Sebenarnya cuma itu. Atlet butuh dukungan. Betul fasilitas dan lainnya. Tapi itu teknis. Yang utama keinginan dan ketekunan," kata dia.

"Itu yang harus kontinyu, terutama bagi atlet-atlet muda. Sampai hari ini, saya terus latihan lima jam tiap hari," imbuhnya.

Menurutnya, jam terbang akan mencetak seorang juara.

Ia berpesan kepada atlet-atlet muda Lampung untuk tidak mudah putus asa.

Terutama atas kondisi fasilitas dan lainnya.

"Prestasi itu datang karena dari keinginan kuat dan semangat tinggi bagi yang mau meraihnya. Bukan karena keadaan," terang pria yang pernah menjadi penggembala kambing sebelum menjadi atlet itu.

Takdir Eko menjadi atlet angkat besi berawal saat ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di dekat rumahnya.

Di sela-sela aktivitasnya menggembalakan kambing, lama kelamaan ia tertarik menjajal barbel.

Saman, ayah Eko, saat wawancara selepas Olimpiade Brazil bersama Tribun Lampung menceritakan, putra sulungnya harus melewati perjuangan dan pengorbanan panjang untuk menjadi atlet.

Bahkan untuk mewujudkan cita-citanya ia harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak kelas 5 SD.

Berlatih di Bogor di bawah arahan tangan dingin Yon Haryono dan Joni Firdaus, bakat juara terus ditunjukkannya.

Pengorbanan meninggalkan keluarga sejak usia dini terbayar impas dan berbuah manis.

Pada kompetisi perdana tingkat junior tahun 2002 di Indramayu, ia langsung menyabet emas pada kelas 35 kilogram.

Prestasi demi prestasi pun akhirnya dicatatkan Wawan selepas torehan medali perdananya di Indramayu.

Hingga terakhir menyabet emas Asian Games 2018.

(indra simanjuntak)

Berita Terkini