Tribun Tanggamus

Data Diskes Penyakit Gatal-gatal Paling Banyak Diderita Korban Banjir Semaka

Penulis: Tri Yulianto
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Data Diskes Penyakit Gatal-gatal Paling Banyak Diderita Korban Banjir Semaka

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Dinas Kesehatan mengaku gatal-gatal jadi penyakit yang paling banyak diderita korban banjir Semaka.

Menurut Sekretaris Diskes Tanggamus Taman Prasi, memang ada beberapa penyakit yang diderita para korban banjir.

Namun paling banyak adalah gatal-gatal.

"Untuk yang paling banyak gatal-gatal ada 51 warga, lalu maag 41 warga, kemudian rematik 37 warga," kata Prasi, mewakili Kadiskes Taufik Hidayat.

Sedangkan untuk penyakit lainnya kurang dari jumlah penderita tersebut seperti demam, influenza, alergi, diare, luka dan lainnya.

"Sekarang yang sudah berobat mulai berangsur pulih setelah pengobatan. Warga banyak yang berobat di delapan posko yang kami dirikan pada titik lokasi banjir," terang Prasi.

Kisah Korban Banjir Semaka, Butuh 3 Hari Singkirkan Batu dan Tanah Setinggi 1,7 Meter di Masjid

Tidak Ada Korban Jiwa Akibat Banjir di Kecamatan Semaka, Tanggamus

Respon Cepat Pasca Diberitakan, Jalan Berlubang di Simpang Pematang Langsung Ditambal Pemkab

Kejati Lampung Terima 3 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi RSUD Pesawaran

Ia mengaku sakit-sakit tersebut wajar diderita para korban banjir, sebab kontak dengan air dan material banjir.

Kemudian juga kondisi kesehatan, suhu badan turun, kehujanan, keletihan dan lainnya.

Diskes Tanggamus selama ini juga sudah mendirikan delapan posko.

Dan terus menyiagakan sampai dua pekan ke depan.

Dengan begitu maka posko kesehatan akan ada selama tiga pekan. Sebab sejak awal kejadian sudah didirikan.

Selain posko, Puskesmas Sukaraja dan Puskesmas Sudimoro juga bersedia menampung korban banjir.

Bahkan untuk Puskesmas Sukaraja buka 24 jam karena pelayanan rawat inap. Dan obat-obatan tersedia cukup stok kedua puskesmas.

"Kami juga mengerahkan seluruh sub cluster kesehatan, mulai dari pelayanan kesehatan, home care, gizi, logistik, pencegahan penyakit, kesehatan keliling, promosi kesehatan," terang Prasi.

Pelayanan semua itu seperti memberikan layanan kesehatan, mengecek kondisi kebersihan rumah para korban, mendistribusikan susu bayi, mendistribusikan obat-obatan untuk semua posko.

Lalu survei untuk cegah timbulnya penyakit, lalu mendata rumah terdampak banjir, dan pembinaan kesehatan dan sosialisasi ke masyarakat.

"Kami terus memberikan kaporit ke sumur-sumur warga yang kena banjir. Itu untuk menjaga kualitas air agar jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, dan cegah bibit penyakit," terang Prasi.

Kisah Korban Banjir Semaka, Butuh 3 Hari Singkirkan Batu dan Tanah Setinggi 1,7 Meter di Masjid

Lantai keramik di Masjid Baiturrahman, Pekon Way Kerap, Kecamatan Semaka, Tanggamus kini sudah terlihat lagi.

Setelah tiga hari bergotong royong, warga akhirnya berhasil menyingkirkan material banjir yang mengubur setengah bangunan masjid.

Masjid tersebut termasuk yang paling parah terdampak banjir yang melanda Kecamatan Semaka pada Kamis (9/1/2020) malam.

Selain air bercampur lumpur, tanah dan bebatuan juga memasuki bangunan masjid seluas 10 x 10 meter persegi ini.

Tidak tanggung-tanggung, material banjir yang masuk ke dalam masjid mencapai setinggi orang dewasa, yakni sekitar 1,7 meter.

Tinggi masjid bercat hijau itu sekitar 3 meter. 

Upaya pembersihan material pun memakan waktu tiga hari, dari pagi sampai malam.

Beruntung, listrik sudah menyala pada Jumat (10/1/2020) malam.

Proses membersihkan masjid melibatkan polisi, TNI, pramuka, Satpol PP, damkar, Banser NU, dan organisasi masyarakat lainnya.

"Saat kami tiba di sini mulanya membersihkan jalan lintas dulu. Terus sambil disusuri melihat kondisi masjid ini. Akhirnya kami putuskan fokus di masjid ini," ujar Ketua DPW FPI Tanggamus Muksin.

Ia mengatakan, banyak pihak yang turut menyingkirkan material banjir dari dalam masjid.

Namun, banyaknya material yang masuk dibutuhkan waktu tiga hari untuk membersihkan masjid.

Bahkan FPI sendiri sudah mengerahkan 30 anggotanya secara bergantian membersihkan material.

"Kendala kami jumlah material yang banyak sekali, terus bercampur tanah dan batu. Jadi tidak bisa disiram pakai air saja," ujar Muksin.

Selama ini upaya pembersihan dengan berbagai alat, seperti cangkul, linggis, dan tangan kosong.

"Kelihatannya lumpur biasa, tapi dicangkul natap batu. Itulah beratnya. Tapi alhamdulillah, pelan-pelan sekarang semuanya sudah dikeluarkan," kata Muksin.

Pihaknya akan sebisa mungkin membuat masjid tersebut kembali seperti sedia kala.

Termasuk mengganti karpet, Alquran, dan perlengkapan lainnya.

Sebab semua perlengkapan di dalam masjid rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Belum lagi beberapa kaca jendela rusak.

"Prinsip kami, kalau melakukan sesuatu sampai tuntas. Meskipun sementara masjid sudah bisa digunakan, tetap kami isi lagi barang-barang sama seperti awalnya," ujar Muksin.

Warga setempat bersyukur Masjid Baiturrahman sudah bersih dan bisa digunakan untuk beribadah.

"Alhamdulillah, masjidnya sudah bisa dipakai meski masih seadanya dulu. Ini juga masih dibersihkan terus sampai semuanya beres," ujar Setiawan, warga setempat. (tribunlampung.co.id/tri yulianto)

Berita Terkini