Hanya terlihat dua pekerja saat wartawan Tribunlampung.co.id datang.
Sama halnya di lokasi pertama, di lokasi kedua ini juga terdapat cukup banyak peralatan salon.
Tarif Rp 350 Ribu
Seorang perempuan berinisial A yang bekerja di salon di kawasan Sukarame menjelaskan, salonnya melayani jasa potong rambut pria dengan tarif Rp 30 ribu.
Selain itu, ia mengakui salonnya melayani jasa prostitusi di luar layanan salon pada umumnya.
Ia beralasan hal itu lantaran pengelola salon harus mencari alternatif akibat tak terlalu banyaknya pelanggan jasa salon pada umumnya.
"Tahu sendirilah. Yang lainnya yang saya maksud itu jasa plus, mijitin konsumen yang memberikan kepuasan (plus berhubungan seks)," katanya.
A mengungkap pengelola salon menetapkan tarif Rp 150 ribu.
Itu hanya untuk jasa pijat. Namun, jika ada "plus"-nya, tarif menjadi Rp 350 ribu per hari.
"Jadi, dari bayaran plus itu, Rp 200 ribu punya kami yang melayani plus. Tapi kalau ada pelanggan yang baik, pasti kasih upah lebih," tuturnya.
Selain di salon, A mengakui ada saja pelanggan yang mengajaknya ke hotel untuk melayani jasa "plus".
Pelanggan itulah yang bertanggung jawab atas pembayaran kamar hotel.
"Pelanggan memang paling banyak itu wiraswasta. Selain dari Bandar Lampung, ada juga dari luar daerah," kata A.
Sementara E, pekerja di salon di kawasan Kemiling, mengaku terpaksa bekerja di salon plus-plus.
Ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan lain yang lebih cepat menghasilkan uang.