"Minimal tiap hari harus absen supaya terhitung masuk. Absen pagi dan sore," ujarnya.
Jualan Pempek
Di Bandar Lampung, ada Jonatan, siswa kelas VII SMP Negeri 42 Pulau Pasaran, yang mengalami nasib kurang beruntung.
Untuk belajar daring, sulung dari dua bersaudara ini menggunakan ponsel ayahnya.
Kondisi demikian menguatkan tekad Jonatan untuk memiliki ponsel sendiri. Alhasil, ia rela berjalan rata-rata 5 kilometer setiap hari untuk berjualan pempek keliling.
Bocah 11 tahun ini menabung penghasilannya agar bisa membeli ponsel pintar.
"Buat beli HP. Sekarang pake HP bapak. Kadang juga rebutan sama adik saya," tutur Jonatan, Jumat (14/8/2020).
Jonatan dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan kecil di Jalan WR Supratman, Kelurahan Talang, Kecamatan Telukbetung Selatan.
Ayahnya, M Yudi, seorang buruh mebel. Sejak Covid-19 melanda, ia banting setir menjadi pengojek pengkolan karena orderan mebel sepi.
Selain dengan ayah, Jonatan tinggal bersama adik dan ibu sambung. Ibu kandungnya sudah meninggal empat tahun lalu.
Jonatan mengaku berjualan pempek keliling murni keinginannya. Selain untuk kebutuhan sekolah, ia ingin meringankan beban orangtua.
Setiap hari mulai pukul 12.30 ia menjajakan 200 buah pempek serta combro. Harganya Rp 1.000 per buah.
Jonatan yang bercita cita menjadi ustaz mengungkap dagangan pempek tersebut merupakan usaha kerabatnya.
Semakin banyak pempek yang ia jual, semakin banyak pula upah yang ia dapat.
Rata rata sehari Jonatan mengantongi upah Rp 30 ribu. Dengan catatan, semua pempek yang ia jajakan hari itu ludes terjual.