Saat ini Anggra memiliki dua tempat produksi, yakni di galerinya sendiri di Labuhan Ratu, Bandar Lampung dan desa Talang Mulya, Pesawaran, Lampung.
Dari kedua lokasi tersebut, ia mampu menjaring belasan perajin ecoprint.
"Perajin lepasnya ada 15, kemudian tenaga tetapnya ada 6 termasuk saya," imbuhnya.
Anggra paham betul, ecoprint adalah sebuah seni baru bagi warga Lampung.
Karena itu, dia sendiri yang melatih seluruh perajinnya mulai dari nol hingga mahir seperti sekarang.
"Mereka rata-rata ibu rumah tangga yang usianya sudah 35 tahun ke atas," terang dia.
Target usia tersebut dipilih bukan tanpa alasan.
Anggra ingin dapat memberdayakan para perempuan yang usianya tergolong tidak lagi muda.
"Perempuan di usia segitu dengan tanpa skill akan susah untuk cari pekerjaan, maka saya fokus ke sana," imbuhnya.
Satu di antara perajin Kahut Sigerbori, Tina (37) mencoba membeberkan pengalamannya.
Ia mengaku sudah bergabung dengan Anggra sejak 4 tahun yang lalu di bagian produksi ecoprint.
"Saya awalnya melihat hasil ecoprint itu cantik gitu, jadi tertarik untuk belajar membuatnya," ucap dia.
Selama beberapa waktu, dia fokus memperhatikan cara pengerjaannya dari Anggra.
Setelahnya, ibu dua anak tersebut terus berlatih hingga mahir dengan sendirinya.
Dari pekerjaannya menyulap dedaunan, Tina mengaku bersyukur bisa membantu perekonomian keluarga.