Selebihnya memilih langsung bekerja karena beban ekonomi keluarga.
“Lampung mencetak anak-anak hebat, tapi setelah dewasa dan kuliah, mereka enggan kembali. Ini PR besar. Kita tak hanya harus bicara soal akses pendidikan, tapi juga relevansi dan daya serap wilayah terhadap SDM-nya sendiri,” ujar perwakilan IMM.
IMM menggarisbawahi perlunya pendekatan kebijakan yang tidak hanya menargetkan angka partisipasi sekolah, tetapi juga mengembangkan ekosistem yang membuat anak muda merasa bangga dan terpanggil untuk kembali dan membangun daerahnya.
Fraksi PKS: Kritis dan Kolaboratif
Ketua Fraksi PKS DPRD Lampung, Ade Utami Ibnu, menyatakan bahwa diskusi ini memang bertujuan untuk membuka ruang dialog konstruktif antara pengambil kebijakan dan generasi muda.
“Kami ingin mendengar suara dari mahasiswa, aktivis, dan pendidik, agar masa depan pendidikan Lampung dibentuk bersama, bukan satu arah,” ujarnya.
Ahmad Mufti Salim, Ketua DPW PKS Lampung, dalam pidato pembukanya menekankan pentingnya pendidikan sebagai investasi peradaban.
Ia juga menegaskan bahwa pembangunan pendidikan tidak boleh hanya berbasis proyek fisik, tetapi harus bertumpu pada pembangunan manusia seutuhnya.
Selain beberapa elemen mahasiswa yang hadir sebagai peserta diskusi tersebut, hadir pula perwakilan guru dan elemen masyarakat yang konsen dalam dunia pendidikan diantaranya Forum Guru PPPK, Persatuan Guru Madrasah Nasional Indonesia (PGMNI), Ikatan Pelajar Muhammadiyah, FKAR (Forum Kerjasama Alumni Rohis) Bandar Lampung, Kammi Wilayah Lampung, serta Bidang - Bidang di DPW PKS Lampung yang terkait dengan pendidikan.
(Rls/Tribunlampung.co.id)