Mahasiswa FEB Unila Meninggal

Klarifikasi Mahapel Soal Tewasnya Mahasiswa FEB Unila, 'Tak Ada Kekerasan Selama Diksar'

Penulis: Hurri Agusto
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KLARIFIKASI MAHAPEL - Kuasa hukum Mahepel, Chandra Bangkit (kiri) didampingi ketua Mahepel saat menyampaikan klarifikasi terkait tewasnya mahasiswa FEB Unila ke awak media, Selasa (3/6/2025). Tegaskan tak ada kekerasan fisik selama diksar.

Anaknya mengalami pingsan berkali-kali dan menunjukkan luka-luka pada bagian tangan. 

Dirinya sempat mendokumentasikan luka-luka tersebut, terlihat tangan kirinya keram hingga dua kuku kakinya copot. 

Anaknya sempat dirawat medis dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Bintang Amin, sebelum dibawa ke RSUD Abdul Moeloek.

Dokter saraf menjelaskan anaknya itu sudah terkena saraf dan mengapa dibiarkan. 

Dirinya menjelaskan anaknya tidak mau dibawa karena katanya nyawanya terancam.

Diungkapkannya, sang anak mengaku mengalami kekerasan fisik selama mengikuti kegiatan diksar.

Yakni dada ditendang, perut ditendang hingga diinjak-injak. 

Anaknya tidak mau menyebut siapa pelakunya, minta kepadanya jangan menceritakan kejadian itu kepada siapapun.

"Anak kami menjalani operasi di RSUD Abdul Moeloek pada 27 April setelah hasil pemindaian menunjukkan adanya gumpalan darah dan cairan yang tidak lancar di otak," ungkapnya.

Dirinya membantah pernyataan dari pihak kampus yang menyebut anaknya meninggal akibat tumor otak. 

Anaknya sejak kecil sehat dan tidak pernah sakit yang aneh-aneh dan hanya batuk pilek biasa. 

Ia mengatakan, tidak ada pihak kampus yang datang menjenguk saat korban dirawat, hingga setelah korban meninggal dunia. 

"Jadi setelah saya unggah di Facebook, baru ada yang datang. Mereka minta unggahan saya dihapus. Saya turuti karena saya masih berduka," kata Wirna. 

Pihak keluarga berharap kepolisian mengusut kasus ini hingga tuntas.

Permintaan dirinya hanya satu, usut sampai tuntas dan hukum seberat-beratnya para pelaku.

Halaman
1234

Berita Terkini