Berita Lampung

Penerapan Geographic Information System di Pringsewu Terkendala Tenaga Ahli 

Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu belum punya sistem pemetaan spasial berbasis Geographic Information System (GIS).

Editor: soni yuntavia
Dokumentasi Distan Pringsewu
BELUM PUNYA GIS - Lahan persawahan di Pringsewu. Belum punya GIS, Distan Pringsewu andalkan koordinasi atur irigasi. 

Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu belum punya sistem pemetaan spasial berbasis Geographic Information System (GIS).

Adapun sistem pemetaan tersebut berfungsi untuk menentukan wilayah prioritas percepatan tanam. 

Pemetaan tersebut dinilai penting untuk mengantisipasi risiko banjir dan kekeringan yang kerap terjadi akibat perubahan iklim.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Pringsewu Luky Adrian mengatakan, keterbatasan tenaga ahli menjadi kendala utama dalam penerapan GIS. 

“Kami belum bisa menerapkan pemetaan spasial karena keterbatasan sumber daya manusia. Selain itu, deteksi banjir maupun kekeringan juga tidak selalu pasti karena dipengaruhi perubahan iklim,” ujar Luky kepada Tribun Lampung, Selasa (30/9/2025).

Meski demikian, Luky menegaskan pihaknya tetap berupaya menjaga ketersediaan air dengan menggandeng Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). 

Koordinasi dilakukan untuk memastikan pasokan air dari saluran primer dan sekunder tetap terjaga bagi kebutuhan pertanian.

“Walaupun belum ada sistem GIS, kami berkoordinasi dengan PUPR untuk memantau ketersediaan air di titik-titik sumber utama. Itu langkah yang bisa kami lakukan agar petani tidak kekurangan air saat masuk musim tanam,” jelasnya.

Menurut Luky, upaya ini juga dipadukan dengan strategi percepatan tanam, seperti penggunaan varietas padi genjah dan metode tanam tanpa olah tanah (TOT), agar petani bisa tetap berproduksi meski menghadapi risiko iklim.

“Kuncinya adalah mempercepat siklus tanam sehingga petani bisa segera masuk ke musim berikutnya tanpa harus menunggu lama. Dengan cara itu, risiko puso akibat kekeringan bisa ditekan,” tambahnya.

Menurut Luky, strategi percepatan tanam yang diterapkan petani mulai dari varietas genjah, metode tanam tanpa olah tanah (TOT), hingga budidaya salibu juga membantu mengurangi dampak keterbatasan teknologi pemetaan.

Dengan berbagai upaya yang dijalankan, Distan Pringsewu berharap ketahanan pangan di daerah tetap terjaga dan petani bisa lebih tenang menghadapi musim tanam berikutnya.

Andalkan Cakra Buana 

Petani di Kabupaten Pringsewu sebagian besar masih mengandalkan varietas padi unggul seperti Inpari 32 dan Cakra Buana untuk memenuhi kebutuhan tanam. 

Namun, belakangan ini varietas berumur genjah mulai dilirik karena dianggap mampu mempercepat panen sekaligus mengantisipasi risiko kekeringan.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved