Berita Lampung

Bunda Ning: Matematika Harus Jadi Pelajaran yang Menyenangkan

Pembelajaran matematika di sekolah kini dituntut berubah dari sekadar hafalan rumus menjadi proses yang kreatif, kontekstual, dan menyenangkan. 

|
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Noval Andriansyah
Kanal YouTube Tribun Lampung News Video
MATEMATIKA HARUS MENYENANGKAN - Pengelola Yayasan Fatimah Az Zahra Bandar Lampung, Siti Fatimah Ramin atau yang akrab disapa Bunda Ning (kiri), saat menjadi narasumber dalam podcast bertema "Meninjau Model Pembelajaran Matematika, Menuju Gerakan Numerasi Nasional" di Studio Tribun Lampung, Rabu (29/10/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Bunda Ning dari Yayasan Fatimah Az Zahra dorong pembelajaran matematika diubah jadi kreatif, kontekstual, dan menyenangkan.
  • Ia menilai pendekatan berbasis proyek dan permainan bisa tingkatkan minat serta pemahaman siswa terhadap numerasi.
  • Guru diminta lebih kreatif menerapkan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  • GNN disebut sebagai momentum membangun budaya belajar yang menumbuhkan logika dan rasa ingin tahu.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Pembelajaran matematika di sekolah kini dituntut berubah dari sekadar hafalan rumus menjadi proses yang kreatif, kontekstual, dan menyenangkan. 

Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan minat belajar sekaligus memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep numerasi.

Hal ini disampaikan Siti Fatimah Ramin atau yang akrab disapa Bunda Ning, Pengelola Yayasan Fatimah Az Zahra Bandar Lampung, menanggapi peluncuran Gerakan Numerasi Nasional (GNN) oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

PISA merupakan program penilaian global yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Penilaian ini mengukur kemampuan siswa usia 15 tahun dalam tiga bidang utama, yakni membaca, matematika, dan sains.

PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali dan mulai 2025 akan digelar setiap empat tahun sekali. Hasil PISA 2022 mencatat Indonesia memperoleh skor 366 untuk matematika, turun dari 379 pada 2018 dan 386 pada 2015.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, pemerintah menargetkan peningkatan skor PISA untuk matematika hingga 419 poin.

Menurut Bunda Ning, perubahan model pembelajaran menjadi hal mendesak agar matematika tidak lagi menjadi momok bagi siswa.

“Matematika jangan sampai dianggap menakutkan. Pembelajaran harus menyenangkan dan dekat dengan kehidupan mereka,” kata Bunda Ning saat menjadi narasumber dalam podcast bertema "Meninjau Model Pembelajaran Matematika, Menuju Gerakan Numerasi Nasional" di Studio Tribun Lampung, Rabu (29/10/2025).

Ia menjelaskan, model pembelajaran yang bisa diterapkan di antaranya Project-Based Learning, Play Learning, dan Delearning.

Ketiganya dianggap efektif untuk membuat siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses belajar.

“Langkah awal tentu dengan meningkatkan SDM, baik guru maupun muridnya. Guru harus kreatif membuat proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Sebagai contoh, lanjut dia, siswa dapat belajar matematika dari hal sederhana seperti penggunaan ponsel.

“Dari handphone saja kita bisa belajar angka. Bisa dihitung ukurannya mulai dari panjang, lebar, tinggi sampai jumlah aplikasinya. Semuanya bisa jadi bahan belajar numerasi,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia juga menekankan bahwa perbedaan kurikulum, baik Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka, bukan menjadi alasan utama hasil belajar yang rendah.

Baca juga: Pengelola Yayasan Fatimah Az Zahra Bandar Lampung Bicara soal GNN

“Semua kurikulum bagus. Saya yakin perancangnya sudah mengkaji secara mendalam. Tinggal bagaimana kita meng-drive dan menerapkannya secara bersama-sama,” tutur Bunda Ning.

Menurutnya, Gerakan Numerasi Nasional memberi arah baru bagi sekolah untuk menekankan pembelajaran yang lebih personal dan berbasis proyek. Anak didik didorong memahami konsep, bukan hanya menghafal jawaban.

“Anak harus dibiasakan dengan angka sejak kecil, bahkan dari hal sederhana. Kalau mereka terbiasa berpikir logis, numerasi itu tumbuh alami,” katanya.

Ia berharap, GNN mampu membentuk budaya belajar baru di sekolah yang berpusat pada rasa ingin tahu dan eksplorasi.

“Kalau anak sudah menikmati belajar, nilai bagus itu bonus. Yang penting mereka paham dan berani mencoba,” pungkasnya.

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved