Berita Lampung
Basmi Tikus, Pemkab Lampung Tengah Laksanakan Gerdal Tikus Serentak di Persawahan
Hewan pengerat ini telah lama menjadi musuh utama petani karena sulit dikendalikan dan sering menyebabkan kerugian besar.
Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG TENGAH - Hama tikus adalah salah satu permasalahan dalam budidaya tanaman padi yang meresahkan para petani dan terus berulang setiap siklus dan musim.
Hewan pengerat ini telah lama menjadi musuh utama petani karena sulit dikendalikan dan sering menyebabkan kerugian besar atau bahkan berpotensi menyebabkan gagal panen.
Menyikapi hal ini, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura melakukan upaya dengan melaksanakan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Tikus secara serentak di berbagai wilayah persawahan se-Kabupaten Lampung Tengah.
Seperti yang dilaksanakan di Kecamatan Trimurjo pada Jumat (7/11/2025), Bupati Lampung Tengah melihat langsung pelaksanaan Gerdal Tikus di areal persawahan Kampung Pujo Basuki, Kecamatan Trimurjo.
“Kita ingin memastikan upaya ini bisa efektif untuk petani supaya hasil panen aman dan terjaga dari hama tikus. Ini merupakan salah satu solusi di lapangan, salah satunya melalui Gerdal Tikus ini,” ujar Ardito.
Dalam kegiatan tersebut, pembasmian hama menggunakan emposan tikus (belerang atau bahan kimia seperti KNO3 untuk menghasilkan asap) dan mesin fogging elektrik yang menghasilkan kabut asap kimia yang membunuh hama.
Menurut Ardito, dengan gerakan pengendalian yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan produksi padi tetap optimal, lahan pertanian lebih aman, dan kesejahteraan petani semakin meningkat.
Rahmad (31) selaku petani mengatakan bahwa upaya pemerintah dalam mendukung produksi tanaman padi petani baik dan dia berterima kasih.
Menurutnya, dalam pembasmian hama khususnya tikus, petani setempat sudah melakukan berbagai metode seperti kombinasi metode terpadu seperti teknik terpadu (menanam serempak dan sanitasi), metode mekanis (perangkap, gropyokan, dan fumigasi/pengemposan).
Bahkan ada yang mencoba metode kimiawi (menggunakan rodentisida dan pestisida nabati), dan pengendalian hayati (memanfaatkan musuh alami seperti ular atau menggunakan metode alami seperti fermentasi urine sapi).
Meski demikian, menurut Rahmad, ketika bicara soal hama, setiap siklus pasti ada tikus karena sawah yang ditanami terus-menerus atau tanaman yang tidak serempak menyediakan sumber makanan yang stabil bagi tikus, sehingga populasi mereka meningkat pesat.
"Biasanya kalau ada hama tikus kami berburu tikus bersama-sama di area sawah yang luas atau biasa disebut gropyokan, terutama pada malam hari saat tikus aktif. Ini adalah metode yang efektif untuk mengurangi populasi secara cepat dan serempak," terangnya.
"Soalnya kalau ramai-ramai berburu, tikus tidak hanya sekadar berpindah, atau petani tidak menggiring koloni tikus dari satu petak ke petak lain, tapi untuk melakukan itu butuh kekompakan dari para petani," katanya.
Selain itu, lanjut Rahmad, permasalahan hama yang dialami petani juga tidak hanya tikus, ada permasalahan hama lain yang kerap menghantui proses budidaya padi, salah satunya sundep.
Rahmad mengatakan bahwa beberapa waktu lalu ada petani di Kecamatan Punggur yang terpaksa gagal panen karena padinya diserang hama sundep.
| BPBD Bandar Lampung Bantu Warga Bersihkan Rumah dari Sisa Banjir Rob |
|
|---|
| Gubernur Mirza Ajak Pengusaha Berkontribusi Bangun Ekonomi Lampung |
|
|---|
| 2 Pria di Metro Keroyok Tetangganya Sendiri hingga Giginya Tanggal |
|
|---|
| Pemprov Pinjam Rp 1 Triliun Perbaiki Jalan Provinsi Sepanjang 100 Km pada 2026 |
|
|---|
| Transformasi Digital RSUDAM: Wujud Nyata Pelayanan Kesehatan yang Kian Mudah Diakses |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Bupati-Lampung-Tengah-saat-mengoperasikan-alat-asap-pemburu-hama-tikus.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.