Istri Khawatir, Mang Diman Enjoy meski Ada Demo Rusuh di Depan Mako Brimob

Dikhawatirkan keluarga, terutama sang istri, lantaran ada kerusuhan akibat aksi demo di depan Mako Brimob, Mang Diman justru merasa enjoy di Jakarta.

Tribunnews.com/Gita Irawan
DEMO DI JAKARTA - Pramusaji warung, Mang Diman, saat ditemui di halaman Masjid Agung Al Araf Kwitang, Jakarta Pusat, pada Senin (1/9/2025). Mang Diman menceritakan pengalamannya di tengah kericuhan yang terjadi di depan Mako Brimob Polda Metro Jaya Kwitang sejak Kamis (28/8/2025) tengah malam hingga Minggu (31/8/2025) pagi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Dikhawatirkan keluarga, terutama sang istri, lantaran ada kerusuhan akibat aksi demonstrasi di depan Mako Brimob, Mang Diman justru merasa enjoy di Jakarta.

Meski sempat sedikit tegang lantaran ia baru 6 bulan berada di Jakarta, namun Mang Diman akhirnya menikmati dinamika yang terjadi, beberapa hari belakangan.

Mang Diman tengah sibuk melayani pembeli yang memesan kopi atau minuman lainnya di warung yang berada di halaman Masjid Agung Al Araf Kramat Kwitang Jakarta Pusat.

Tepat pada Senin (1/9/2025), menjadi hari pertamanya kembali berjualan, setelah warung yang dijaganya tutup sejak Jumat (29/8/2025) akibat bentrok yang terjadi antara massa pendemo dan anggota Brimob di Mako Brimob Polda Kwitang, Jakarta Pusat, pecah pada tengah malam sebelumnya.

Masih tampak sejumlah etalase kios di sekitar warung yang dijaganya tersebut pecah.

Dikutip Tribunlampung.co.id dari Tribunnews.com, pramusaji asal Tasikmalaya yang sehari-hari tinggal di Masjid Agung Al Araf tersebut mengaku mendengar suara letusan terjadi mulai Kamis (28/8/2025) sekira pukul 23.00 WIB.

Ia juga mengaku melihat bentrokan tersebut dari masjid tempatnya tinggal.

Bahkan ia mengaku tak bisa keluar dari masjid akibat gas air mata masuk ke dalam masjid.

Ia bahkan terpaksa harus mengungsi ke ruangan tertutup di lantai tiga masjid bersama tiga orang lainnya yakni dua penjaga masjid dan satu orang temannya.

Mang Diman pun mengaku tidak takut untuk keluar, namun memilih tetap di masjid karena gas air mata yang membuat matanya perih.

Pasalnya, ucap dia, gas air mata masih tercium di lantai 1, 2, dan 4 masjid yang membuat jemaah tidak bisa beribadah di sana selama kericuhan.

"Semalam tadi (Minggu 31 Agustus 2025) baru bisa keluar (berjualan). Kalau sepi (tidak ada bentrok) baru bisa keluar cari makan. Kadang ada yang nganterin dikirimin yang punya (warung). Kadang masak sendiri, kan di sini ada beras, ada mie juga," ungkapnya saat ditemui pada Senin (1/9/2025) siang.

Menurut pengakuannya, para perusuh tersebut kebanyakan masih bocah yang berusia di tingkat SMP atau SMA.

Para bocah tersebut, ujar dia, kadang terlihat dari lantai tiga masjid masih melakukan kerusuhan hingga subuh hari.

"(Mereka) kayak orang tawuran, kayak manas-manasin Brimob. Sudah didorong mundur balik lagi, terus sampai subuh begitu," kata Mang Diman.

Namun, Mang Diman yang baru enam bulan di Jakarta itu mengaku tidak khawatir dengan kericuhan tersebut.

Hal itu karena temannya terus menenangkannya bahwa kerusuhan tersebut hal yang biasa terjadi.

Ia pun mengaku menyaksikan dari atap masjid ketika sebuah gedung yang berada tak jauh dari masjid terbakar.

"Sedikit agak tegang. Tapi kan teman sudah biasa karena sudah lama di sini. Jadi ditenangin. Dulu pernah lebih parah dari ini kata teman. Sampai masuk ke masjid juga, kadang ada yang naik. Kemarin ada sih yang naik satu orang, tapi enggak tahu ambil apa, langsung loncat lagi," ujar Diman.

"Seru-seru tegang, baru pertama (di Jakarta) dikasih yang kayak begini. Pada nanyain yang di kampung, khawatir, lihat di berita pembakaran," ungkapnya.

"(Saya bilang ke mereka) enjoy aja, makan ada, kopi ada. Istri, orang tua, saudara nelponin (tanya keadaan) bisa sampai empat kali, lima kali sehari," ucap dia.

"Harapannya demonstrasi tetap lancar. Ini kan bukan demonstrasi yang kemarin. Merusak tempat umum. Kan ada aturannya. Itu kan menyuarakan aspirasi kalau demonstrasi, bukan merusak kayak begitu. Itu mah kayak anarki. Apaan demo kayak begitu?" pungkasnya.

Seperti diketahui, gelombang demonstrasi yang terjadi di Jakarta pada 28–30 Agustus 2025 menjadi salah satu momen paling panas dalam sejarah aksi massa di ibu kota.

Aksi ini dipicu oleh berbagai isu sosial dan politik, terutama kematian tragis seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang tewas terlindas kendaraan taktis Brimob saat kericuhan di kawasan Pejompongan, Jakarta.

Demo ini bukan sekadar aksi jalanan, ia mencerminkan kemarahan kolektif terhadap ketidakadilan dan tuntutan perubahan sistemik.

Berita selanjutnya Presiden Prabowo Sudah Tahu Ada Dalang Kerusuhan Demo, "Saya Akan Hadapi!"

Sumber: Tribunnews
Tags
Brimob
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved