Kemenaker: Banyak Perusahaan Enggan Terima Gen Z, Apindo Lampung Klaim Tak Sulit

Perusahaan dinilai enggan rekrut Gen Z karena minim soft skill. Namun di Lampung, dunia industri klaim tak kesulitan berkat link and match sekolah.

|
TRIBUNJATIM.COM/Fatimatuz Zahroh
TAK ALAMI KESULITAN - Foto ilustrasi, antrean pencari kerja mengular di pembukaan Job Fair atau Bursa Kerja yang digelar Pemprov Jawa Timur di Galaxy Mall Surabaya, Selasa (19/9/2023). Kepala Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Surya Lukita mengungkapkan, saat ini banyak perusahaan enggan mempekerjakan karyawan generasi Z atau Gen Z, lantaran soft skill atau kemampuan sosial-interpersonal Gen Z yang dinilai kurang baik. Di Lampung, Ketua Bidang Industri Manufaktur DPP Apindo Lampung Bernad Horas Simanjuntak, Sabtu (27/9/2025), menilai tak ada masalah. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Kepala Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Surya Lukita mengungkapkan, saat ini banyak perusahaan enggan mempekerjakan karyawan generasi Z atau Gen Z, lantaran soft skill atau kemampuan sosial-interpersonal Gen Z yang dinilai kurang baik. Di Lampung, Ketua Bidang Industri Manufaktur DPP Apindo Lampung Bernad Horas Simanjuntak, Sabtu (27/9/2025), menilai tak ada masalah.

Di sisi lain, Surya mengungkapkan penyebab Gen Z sulit diterima perusahaan lantaran soft skill atau kemampuan sosial-interpersonal Gen Z yang dinilai kurang baik, sebagaimana dilansir kompas.com.

Soft skill merupakan kumpulan atribut atau keterampilan interpersonal, sosial, dan komunikatif yang membantu individu berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan mengelola diri sendiri. 

Berbeda dengan hard skill yang merujuk kepada kemampuan teknis yang terukur, soft skill bersifat lebih abstrak, subjektif, dan erat kaitannya dengan karakter serta kepribadian seseorang, seperti komunikasi, kerja tim, kepemimpinan, adaptabilitas, dan pemecahan masalah.

Apakah perusahaan di Lampung kesulitan dalam merekrut Gen Z karena minimnya soft skill?

Menurut Bernard, beberapa perusahaan di Lampung cukup tidak mengalami kesulitan dalam merekrut karyawan. Khususnya untuk skill di level operator.

Hal itu, kata Bernard, karena advokasi sekolah, seperti SMK, dan perusahaan, memiliki program link and match.

Bernard mengatakan, pada level SMK, siswa juga dibekali mengenai attitude dan behavior, sehingga bisa dibawa ketika di dunia kerja.

"Dan sering terjadi dari sisi level foreman dan supervisor di mana background pendidikan D3 atau S1," kata Bernad, yang juga sebagai AVP- Head of Human Resource PT Nestle Indonesia Pabrik Panjang, Sabtu.

Soft skill apa yang perlu diperhatikan Gen Z?

Bernad menyebut, ada beberapa soft skill Gen Z yang perlu diperhatikan. 

"Di antaranya, emosional inteligence (kecerdasan emosional atau EQ) dan komunikasi, serta kolaborasi," ujar Bernad.

Ia mengatakan, sisi emosional inteligence Gen Z yang perlu diperhatikan yaitu dalam mengelola emosi dan empati pada rekan kerja.

"Jika ditegur, ada beberapa kondisi (Gen Z) tidak mau menerima kesalahan atau kekurangan dari pekerjaan," sebut Bernad.

Benarkah Gen Z lebih menyukai tantangan pindah pindah perusahaan?

Kemudian, lanjut Bernad, Gen Z kebanyakan menyukai challenge (tantangan) perusahaan, yakni, memutuskan resign dan pindah ke perusahaan lain di mana menurut mereka cocok dengan kepribadiannya.

Sementara itu, sisi komunikasi dan kolaborasi, menurut Bernad, Gen Z lebih suka menyendiri.  "Dan akan mencari cara sendiri apabila kolaborasi tidak sejalan menurut anak Gen Z," tutur Bernad.

Apakah ada pelatihan soft skill bagi Gen Z dari perusahaan?

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved