Kemenaker: Banyak Perusahaan Enggan Terima Gen Z, Apindo Lampung Klaim Tak Sulit

Perusahaan dinilai enggan rekrut Gen Z karena minim soft skill. Namun di Lampung, dunia industri klaim tak kesulitan berkat link and match sekolah.

|
TRIBUNJATIM.COM/Fatimatuz Zahroh
TAK ALAMI KESULITAN - Foto ilustrasi, antrean pencari kerja mengular di pembukaan Job Fair atau Bursa Kerja yang digelar Pemprov Jawa Timur di Galaxy Mall Surabaya, Selasa (19/9/2023). Kepala Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Surya Lukita mengungkapkan, saat ini banyak perusahaan enggan mempekerjakan karyawan generasi Z atau Gen Z, lantaran soft skill atau kemampuan sosial-interpersonal Gen Z yang dinilai kurang baik. Di Lampung, Ketua Bidang Industri Manufaktur DPP Apindo Lampung Bernad Horas Simanjuntak, Sabtu (27/9/2025), menilai tak ada masalah. 

Pihaknya menjelaskan pasti ada pelatihan untuk Gen Z seperti time management, emotional inteligence.

Problem solving dan critical thinking, digitalisasi seperti Power BI, Power Apps untuk mempermudah suatu pekerjaan. 

Lantas, bagaimana perusahaan menilai keseimbangan antara hard skill dan soft skill Gen Z, dalam proses rekrutmen?

Bernad mengatakan, perusahaan akan mencari karyawan sesuai kebutuhan dan selaras dengan background pendidikan. 

Teknik dan sains robotics & IoT ( Internet of things), Artificial Inteligence ( AI) & Machine Learning, Cloud computing (AWS, Azure, Google Cloud).

"Jadi yang pasti anak Gen Z harus paham dengan digitalisasi, Bahasa Inggris serta harus balance antara hard skill dan soft skill," ucapnya.

Pihaknya memberikan saran bagi pencari kerja gen Z, yakni selain memperkuat hard skill yang didapat dari bangku pendidikan, soft skill juga tak kalah penting agar memiliki attitude dan behavior dalam dunia kerja.

Apa penyebab perusahaan enggan rekrut Gen Z?

Kepala Pusat Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Surya Lukita mengungkapkan penyebab banyak perusahaan yang saat ini enggan mempekerjakan karyawan generasi Z atau Gen Z

Menurut Surya, hal itu disebabkan oleh soft skill atau kemampuan sosial-interpersonal Gen Z yang dinilai kurang baik.

"Sekarang ini isunya bukan kemampuan teknis. Jadi perusahaan itu lebih melihat di soft skill-nya anak-anak pencari kerja ini yang kurang. Makanya kan sekarang banyak isu kalau di media-media juga sering dibahas, Gen Z perusahaan agak enggan mempekerjakan Gen Z," ujar Surya dalam media briefing di Jakarta pada Jumat (26/9/2025).

"Ini isunya adalah isu di istilahnya soft skill yang agak kurang. Kalau kualifikasi pendidikan sebenarnya match-match saja (dengan lapangan kerja yang ada)," lanjutnya.

Jenjang pendidikan apa yang banyak dibutuhkan perusahaan dalam merekrut karyawan?

Apalagi, berdasarkan data Kemenaker, saat ini masih banyak lowongan pekerjaan yang memerlukan kualifikasi pendidikan tamatan SMA, SMK, atau sederajat. 

Hanya saja, para pencari kerja banyak yang gugur saat wawancara kerja (interview). 

"Masih banyak pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi hanya sebatas SMA dan SMK. Itu masih didominasi. Cuma isunya soft skill-nya yang agak kurang. Jadi banyak yang gugur setelah interview," ungkap Surya.

Apa alasan Gen Z tinggalkan perusahaan yang telah menerimanya?

Di sisi lain, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengatakan generasi Z rela meninggalkan pekerjaan jika tidak menemukan tujuan dalam pekerjaan. Generasi muda saat ini mencari makna dalam bekerja, bukan sekadar penghasilan. 

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved