Berita Terkini Nasional
Cerita Penggagas Tepuk Sakinah yang Viral di Medsos, Mewakili Lima Pilar Pernikahan
Fenomena "Tepuk Sakinah" yang belakangan viral di media sosial, ternyata berawal dari pelatihan penghulu dan penyuluh agama pada 2024.
Perubahan ini didasari dari harapan agar Bimwin bisa menciptakan prosedur yang lebih efektif agar materi dan kurikulum dari Kemenag dapat tersampaikan dengan baik kepada calon pengantin (catin).
“Kemudian memang kita melakukan kreativitas, mencoba melakukan revisi dan mencoba untuk membuat Tepuk Sakinah ini,” ucap Alimatul saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (26/9/2025).
Menurut mantan Komisioner Perempuan ini, penggalan lirik Tepuk Sakinah yang hanya berjumlah lima kalimat sederhana.
Lalu dirangkum oleh para penggagas agar dapat mewakili lima pilar pernikahan.
Menurut para penggagas, lima poin itu penting sebab menjadi acuan di setiap materi Bimwin.
“(Lima pilar pernikahan) itu mencakup untuk materi pemenuhan kebutuhan, materi psikologi keluarga, materi menyiapkan generasi berkualitas, kesehatan reproduksi, dan ya keluarga sakinah,” ungkapnya.
Tepuk Sakinah sendiri mulai dikenalkan kepada perwakilan seluruh KUA di Indonesia pada 2018.
Lalu, kreasi ini kembali dihidupkan pada agenda pelatihan BIMTEK untuk KUA se-Indonesia sekitar dua bulan lalu.
“Sekitar dua bulan lalu, kita melakukan pelatihan lagi di Jakarta, saya datang hingga akhir selama empat hari. Dan itu memang kita pakai lagi tepuk sakinah,” ujar Alimatul.
Menurutnya, kalimat pertama yang berisi “Berpasangan, berpasangan, berpasangan” mengingatkan bahwa pilar keluarga itu sendiri adalah pasangan yang membangun rumah tangga bersama.
Lalu, untuk lirik “Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh,” menjadi pengingat bagi para catin bahwasanya pernikahan adalah sebuah peristiwa sakral yang perlu dihormati seumur hidup.
“(Pernikahan) itu bukan yang kayak esuk dhele, sore tempe (seseorang yang plin plan) atau yang bisa digampangkan. Ini kejadian sakral, tidak main-main, dan bukan kayak janji manis seperti sekadar pendekatan,” ujarnya.
Setelah catin meresapi makna kedua kalimat itu, Alimatul mengharapkan, bahwa pernikahan juga dapat dimaknai sebagai pasangan yang saling memberikan kebaikan, baik itu cinta atau kehormatan.
Makna itulah yang ada di balik lirik “saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho,”.
“Kemudian yang keempat adalah musyawarah dan yang terakhir adalah saling ridho. Makanya harus ada saling ridho di situ demi melengkapi lima pilar keluarga,” terang Alimatul.
| Misteri Kematian Atlet Bulu Tangkis Indramayu Ainun Al Munawar | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Jokowi Sebut Whoosh Bukan Cuma Cari Laba, Purbaya Yudhi: Ada Betulnya Sedikit | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Tabrak Sekeluarga hingga Tewas di Sragen, Sopir Pikap Ditangkap | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Motif Pasangan Kekasih Tega Lakban Mulut Bayinya hingga Tewas | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Empat Anggota Keluarga Tewas Seusai Ditabrak Mobil Pikap | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Profesor-Alimatul-Qibtiyah.jpg)
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
											
											
											
											
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.