Berita Terkini Nasional

Jokowi Sebut Whoosh Bukan Cuma Cari Laba, Purbaya Yudhi: Ada Betulnya Sedikit

Pernyataan Jokowi tersebut kemudian ditanggapi oleh Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa.

Editor: taryono
TribunJakarta.com/Dokumentasi Biro Pers Sekretariat Presiden
TANGGAPAN - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025). Jokowi Sebut Whoosh Bukan Cuma Cari Laba, Purbaya Yudhi: Ada Betulnya Sedikit. 

Tribunlampung.co.id, Jakarta  - Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa pembangunan kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung bukan hanya mencari untung semata, melainkan mitigasi kerugian negara triliunan rupiah akibat macet.

Pernyataan Jokowi tersebut kemudian ditanggapi oleh Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa.

Menurutnya,  pernyataan Jokowi itu benar sedikit, namun demikian hingga saat ini pembangunan di wilayah-wilayah yang dilintasi jalur Whoosh belum terbangun. 

“Ada betulnya juga sedikit, karena Whoosh kan sebetulnya ada misi regional development, tapi yang regionalnya belum dikembangkan, misalnya ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh supaya ekonomi kita tumbuh,” jelas Purbaya seperti dimuat Kompas Tv pada Selasa (28/10/2025).

Maka kata Purbaya, pernyataan Jokowi ada betulnya juga.

“Jadi itu yang harus dikembangkan ke depan, jadi ada betulnya lah,” ucap Purbaya dilansir dari laman Tribunnews.com.

Jokowi baru-baru ini memberikan pernyataan mengejutkan yang meluruskan fokus pembahasan.

Dia mengatakan kereta cepat bukan soal laba, melainkan mitigasi kerugian negara triliunan rupiah akibat macet.

Ditemui pada Senin (27/10/2025) di Solo, Jokowi secara gamblang memaparkan tiga poin penting yang menjadi landasan utama pembangunan moda transportasi massal, termasuk Whoosh. 

Pernyataan ini sekaligus menawarkan perspektif berbeda dari perdebatan yang hanya berpusat pada hitungan untung-rugi finansial proyek.

Jokowi menegaskan masalah mendasar yang harus dipahami adalah krisis kemacetan parah yang sudah melanda kawasan metropolitan selama puluhan tahun. 

Menurutnya, kerugian yang ditimbulkan oleh kemacetan jauh lebih besar daripada utang proyek.

"Kita harus tahu dulu masalahnya. Di Jakarta, kemacetan sudah parah, bahkan sejak 30-40 tahun lalu. Jabodetabek dan Bandung juga menghadapi kemacetan yang sangat parah," urai Jokowi.

Mantan Presiden ini kemudian menyebutkan angka kerugian negara akibat kemacetan yang fantastis:

Jakarta saja: sekitar Rp 65 triliun per tahun.

Jabodetabek plus Bandung: diperkirakan di atas Rp 100 triliun per tahun.

"Dari kemacetan itu, negara rugi secara hitung-hitungan," imbuhnya, menyiratkan bahwa pembangunan transportasi massal adalah investasi untuk mencegah kebocoran anggaran yang lebih besar.

Menurut Jokowi, Whoosh hanyalah salah satu instrumen di antara serangkaian pembangunan transportasi publik, seperti MRT, LRT, KRL, dan Kereta Bandara. 

Semuanya memiliki satu tujuan utama: menggeser penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi massal.

"Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor ke transportasi massal, sehingga kerugian akibat kemacetan bisa dikurangi," jelasnya. 

Dengan kata lain, proyek ini adalah upaya kolektif untuk menyelesaikan masalah kemacetan yang menggerogoti ekonomi nasional.

Baca juga: Kronologi Lengkap Tewasnya Brigadir Nurhadi, Posisi Misri Akhirnya Terungkap

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved