Berita Terkini Nasional
Setianingsih Nyaris Sebulan Tewas di Rumah, Kades Bantah Tudingan Tak Peduli
Kepala Desa Bebengan, Wastoni bantah tidak peduli terkait meninggalnya Setianingsih (51) yang tewas membusuk di rumahnya.
Ringkasan Berita:
- Kepala Desa Bebengan, Wastoni bantah dugaan tidak peduli terkait meninggalnya Setianingsih (51) yang tewas membusuk di rumahnya.
- Setianingsih ditemukan meninggal dengan kondisi jasad yang sudah membusuk di rumahnya di Dukuh Somopuro RT 07 RW 07, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Sabtu (1/11/2025).
- Ia membantah warganya tidak peduli pada Setianingsih dan keluarga.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Kendal - Kepala Desa Bebengan, Wastoni merespons cibiran warganet di media sosial terkait meninggalnya Setianingsih (51) warga Dukuh Somopuro RT 07 RW 07, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal.
Setianingsih ditemukan meninggal dengan kondisi jasad yang sudah membusuk di rumahnya pada Sabtu (1/11/2025). Dia meninggalkan dua anak bernama Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17).
Putri dan Intan bahkan menutup rapat pintu rumahnya dan keluar hanya untuk berbelanja. Namun sejak Sabtu (4/10/2025) hingga Setianingsih ditemukan meninggal, mereka tak memakan sesuap nasi, hanya minum rebusan air sumur yang dimasak.
Setelah jenazah Setianingsih ditemukan, peristiwa itu pun langsung viral di media sosial. Tak sedikit warganet yang mempertanyakan kedekatan tetangga maupun perangkat desa atas ketidaktahuan kejadian tersebut.
"Di media sosial itu sempat ramai, katanya tetangga tidak peduli dan sebagainya," kata Wastoni, dikutip dari TribunJateng, Kamis (6/11/2025).
Namun Wastoni membantah jika tetangga maupun perangkat desa tidak memerdulikan kondisi keluarga Setianingsih. Dia berujar, keluarga Setianingsih dipandang sebagai kalangan mampu di desanya.
Setiap sebulan, selalu ada becak yang membawa barang belanja ke rumah Setianingsih. Keluarga Setianingsih juga dikenal aktif bersosialisasi, terutama dalam kegiatan desa, termasuk PKK.
"Itu enggak benar kalau tidak peduli. Bahkan proses mengurus jenazah pun kami sucikan sebagaimana mestinya," ungkapnya.
Menurut Wastoni, Putri sempat beli roti sebanyak Rp100 ribu di toko kelontong dekat rumah pada Jumat (3/10/2025). Roti itu, katanya akan dimakan bersama adik dan ibunya.
Namun setelahnya, tetangga tak lagi melihat Putri keluar rumah lagi. Rumah Setianingsih selalu tertutup, dengan lampu yang menyala saat malam hari.
"Katanya, ibunya sudah tidak mau makan, dia lantas beli roti itu, ada tetangga yang lihat. Warga tahunya keluarga Setianingsih itu orang mampu, tapi sejak itu tidak keluar rumah. Lampu menyala saat malam, setelah pukul 21.00, lampu dimatikan lagi," paparnya.
Takut Repotkan Tetangga
Setianingsih ternyata tidak tinggal sendirian, melainkan dengan dua anak gadisnya, Putri (23) dan Intan (17). Keduanya rupanya sudah diwanti-wanti agar tidak mengabari tetangga karena takut merepotkan.
Salah satu anaknya, Putri mengaku tidak meminta bantuan ke warga karena dilarang oleh sang ibu. Dia bercerita agar tidak ada yang mengetahui kondisi keluarganya dengan alasan tidak mau merepotkan tetangga.
"Enggak bilang ke tetangga, ibu enggak ngebolehin. Kami harus nurut ibu. Karena enggak mau ngerepotin tetangga," paparnya.
Putri bersama Intan bahkan sudah tidak makan hampir selama sebulan sejak 4 Oktober 2025 hingga Setianingsih ditemukan meninggal. Mereka hanya mengandalkan air putih yang direbus hingga tubuhnya lemas.
Pasca meninggalnya Setianingsih, kakak beradik tersebut dirawat di RS PKU Muhammadiyah Boja, Kendal. Dia mengatakan, tetangganya juga tidak ada yang tahu kondisi rumah dalam rentan waktu tersebut.
"Minum air putih direbus pakai kompor sampai ibu meninggal. Tetangga tidak tahu, tahunya pada 1 November 2025 itu. Saya sama adik minum air," katanya.
Putri menuturkan, ayahnya telah meninggal pada 2017 di Kalimantan. Sejak saat itu, dia beserta keluarga yang awalnya tinggal di Semarang, kemudian pindah rumah ke Boja Kendal pada 2019.
"Ibu di Semarang tidak kerja, cuma masak bantu Budhe. Kalau ayah sudah meninggal," tuturnya.
Kondisi Anak Setianingsih
Dokter RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal, Arfa Bima Firizqina mengungkapkan kondisi Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17) yang terkulai lemas setelah tak makan hampir sebulan.
"Keduanya mengalami kekurangan berupa kesadaran psikiater," katanya, Senin (3/11/2025).
Dokter Arfa mengungkapkan, saat pertama kali dibawa ke rumah sakit, keduanya dalam kondisi lemas. Adiknya Intan bahkan sudah tidak sadarkan diri. Setelah dilakukan pemeriksaan awal, kedua korban tak mengalami kekurangan kadar gula meskipun sudah tidak makan nasi hampir sebulan.
"Tidak ada tanda kurang gula tapi mengalami dehidrasi," ujarnya.
Dia menerangkan, pihaknya masih kesulitan untuk proses asesment karena keterangan Putri selalu berubah. Sedangkan Intan mengalami kesulitan berbicara.
"Waktu dianalisis jawabannya selalu berubah," imbuhnya.
Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memulihkan kondisi fisik kakak beradik yang telah ditinggal ibunya tersebut. Di sisi lain, pihaknya juga akan terus memantau kondisi psikiater keduanya dan berkoordinasi dengan dokter psikiater.
"Dirawat sampai sini untuk pemulihan fisik sekira sepekan. Untuk kejiwaan, kami konsultasikan dengan dokter lain di bidangnya," tambahnya.
Dijenguk Bupati Kendal
Pemkab Kendal bergerak cepat memberikan bantuan jaminan masa depan bagi Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17).
Dua kakak beradik asal Dukuh Somopuro RT 07 RW 07 Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal itu sebelumnya dijumpai dalam lemas. Sedangkan ibunya, Setianingsih (51) tewas membusuk.
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari menjenguk kakak-beradik itu yang kini menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja. Bersama rombongan, Bupati yang akrab disapa Mbak Tika datang didampingi Kepala Dinsos Kabupaten Kendal, Muntoha.
Tika prihatin atas kejadian ini. Kondisi fisik sang kakak (Putri) berangsur membaik meskipun terkadang kondisi psikisnya masih belum stabil.
"Setelah masuk ke sini berangsur membaik. Sebelumnya Putri susah diajak komunikasi, sekarang sudah bisa, meski kadang-kadang masih berubah-ubah,"
"Karena mungkin psikis dan fisik belum bisa menerima keadaan yang menimpanya," katanya, Senin (3/11/2025).
Tika menambahkan, langkah pertama yang dilakukan ialah melakukan pendataan kepesertaan BPJS aktif. Hanya butuh waktu sehari, BPJS keduanya kini telah aktif dan sudah bisa digunakan.
"Sudah didaftarkan desa setempat dan sudah aktif. Kebetulan Kendal ada BPJS UHC. Alhamdulillah ini sudah bisa digunakan," sambungnya.
Selain pendataan kepesertaan BPJS, pihaknya juga akan menjamin kehidupan keduanya pasca menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja. Kakak beradik itu akan ditempatkan di Panti Margi Utomo Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
"Untuk yang Intan karena mengalami keterbelakangan mental, akan ada perlakuan khusus, beda penanganan,"
"Sedangkan kakaknya sambil diberi pelatihan khusus di sana untuk masa depannya. Misal menjahit atau bagaimana. Kami sudah koordinasi dengan Dinsos Jateng," ungkapnya.
Bupati juga mengimbau agar perangkat desa lebih memperhatikan warga yang mulai menampilkan gelagat perubahan dalam bersosial. Dia meminta agar Pemdes meningkatkan pengawasan ke setiap lini masyarakat.
"Saran dan masukan, terutama perangkat desa dari RT-RW jika ada warga yang menutup diri, masyarakat harus ada empati. Jangan sampai malah tidak diketahui," tuturnya.
Penemuan Jasad
Jenazah Setianingsih baru ditemukan warga pada Sabtu (1/11/2025) di dalam rumah dalam keadaan membusuk. Warga yang curiga penghuni rumah tidak menampakkan diri, kemudian mencoba masuk.
Saat akan masuk, warga mencium bau tak sedap disertai kerumunan lalat dari di kaca jendela. Warga pun langsung berusaha membuka pintu. Akan tetapi, pintu itu dalam keadaan terkunci dan diganjal kursi dari dalam.
Warga kemudian terkejut mendapati sosok Setianingsih sudah tak bernyawa dengan kondisi jasad yang sudah membusuk.
Kepala Desa Bebengan, Wastoni mengatakan, sosok Setianingsih dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan aktif dalam kegiatan desa. Namun sejak beberapa hari terakhir, Wastoni menemukan gelagat berbeda dari kedua anaknya. Setianingsih mulai jarang keluar rumah.
Beberapa hari kemudian, Wastoni mendapati laporan warga bahwa Setianingsih telah meninggal dalam kondisi jenazah yang sudah membusuk. Kejadian itu terungkap setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah. Warga juga melihat kerumunan lalat berada di dekat jendela kaca rumah.
Namun saat akan masuk, ternyata pintu rumah dikunci dan diganjal menggunakan kursi. Setelah dibuka perlahan, warga kemudian bertanya ke Putri Setia Gita Pratiwi untuk melihat ibunya yang diduga mengalami sakit.
"Ditanya sama warga, ibunya di mana. Terus dijawab di dalam, tapi ketika dilihat, Setianingsih sudah meninggal dan membusuk," terangnya.
Wastoni pun langsung memanggil pihak kepolisian serta warga untuk mengevakuasi jenazah. Kedua anak Setianingsih kini dirawat di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal karena kondisi tubuh lemas kekurangan nutrisi.
"Itu langsung saya panggil pak polisi, dan ramai," imbuhnya.
Berita selanjutnya IRT Kurung Diri di Rumah sampai Meninggal Tak Diketahui Tetangga, 2 Anaknya Nyaris
| Hilang Tenggelam, 1 Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Belum Ditemukan |
|
|---|
| Dokter Residen Priguna Anugerah Pratama Divonis 11 Tahun Penjara |
|
|---|
| 5 Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Tewas Tenggelam di Sungai Tubing Genting Jolinggo |
|
|---|
| Oknum Polisi dan Dosen Perempuan Sempat Makan Malam Bersama Sebelum Pembunuhan |
|
|---|
| Pencuri Motor yang Tewas Terbakar Ternyata Seorang Residivis |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Nenek-Amimah-tewas-di-tangan-tukang-servis-langganan-gara-gara-ogah-pinjami-uang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.